Menghidupkan kembali lahan tidur merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan produksi pangan sesuai dengan arahan pemerintah
Jakarta (ANTARA) - PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) memberikan pendampingan kepada petani di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur untuk menjadikan lahan tidur sebagai areal pertanian yang produktif.

Menurut Rice Business Head PT WPI Saronto di tengah keterbatasan lahan pertanian, menghidupkan kembali lahan tidur merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan produksi pangan sesuai dengan arahan pemerintah.

"Ini adalah pilot project dan diharapkan dapat terus berlanjut,” ujar Saronto dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Dalam pendampingan itu, lanjutnya, pihaknya memberikan bantuan pupuk, benih, dan agronomis (petugas lapangan) hingga lahan tersebut kembali produktif dan kemudian akan dikelola oleh masyarakat.

Baca juga: Gubernur Sulsel produktifkan "lahan tidur" PTPN XIV

Sementara itu petani di Desa Kedung Rawan, Kabupaten Sidoarjo yang mendapatkan pendampingan tersebut telah melakukan panen raya di lahan tidur seluas 6 hektare dengan produktivitas padi 6-7 ton per ha.

Saronto menyatakan, peningkatan produksi dari lahan tidur diharapkan dapat dilanjutkan ke daerah lainnya. Program pemanfaatan lahan tidur juga merupakan program corporate social responsibility (CSR) perusahaan.

Sementara itu Kepala Desa Kedung Rawan, Sidoarjo Machrudi menyatakan, pada panen kedua kali ini produktivitas naik signifikan dibanding sebelumnya. Ketika panen pertama, produktivitasnya rendah hanya 1 ton per ha, akibat 70-80 persen dari total luas lahan ditumbuhi gulma rumput.

Meski sudah dilakukan land clearing, tambahnya, gulma masih sulit dihilangkan karena sudah tumbuh belasan tahun sehingga benih-benihnya masih ada.

Baca juga: Pemprov Sulsel targetkan tanam 200 juta pohon pisang setahun

Belajar dari musim tanam pertama, petani dengan pendampingan perusahaan berupaya untuk mengatasi gulma, sehingga pada panen kedua produktivitas melonjak karena serangan rumput berkurang menjadi 30 persen.

“Pada panen kedua (5/10) ini produksi bisa mencapai 6 ton per ha. Ini di luar dugaan, karena tadinya kami menargetkan hanya 5 ton per ha,” kata Machrudi.

Menurut dia, pendampingan tersebut bermanfaat bagi petani karena membantu meningkatkan produktivitas. Lahan tidur itu adalah tanah gogol (tanah komunal/desa), yang telah terbengkalai selama 10 tahun terakhir.

"Petani enggan mengolah lahan karena sering banjir dan banyak serangan tikus. Biaya untuk mengolah lahan tersebut juga tidak sedikit," katanya.

Untuk mengolah kembali lahan tidur, petani bersama WPI membuat tiga saluran pembuangan air dan melakukan lima kali land clearing untuk membasmi gulma. Dengan sejumlah upaya, pada musim tanam berikutnya diharapkan produktivitas meningkat menjadi 8 ton per ha.

Baca juga: Pemprov Jatim mengoptimalkan lahan tidur tingkatkan ketahanan pangan

Pewarta: Subagyo
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023