Ramadi (ANTARA News) - Dua bom bunuh diri mengguncang sebuah perkantoran pemerintah di kota Ramadi, Irak barat, Senin, menewaskan 17 orang, kata seorang deputi menteri dalam negeri.

Itu merupakan serangan kedua bulan ini di bangunan tersebut, yang menjadi kantor dewan provinsi dan markas kepolisian untuk provinsi Anbar, dan pemboman ketiga di sana dalam setahun ini.

"Jumlah kematian 17 dan antara 50 dan 60 orang cedera," kata Deputi Menteri Dalam Negeri Letnan Jendral Hussein Kamal kepada Reuters.

Gubernur Anbar Qassim Mohammed mengatakan bahwa dalam insiden pertama, sebuah minibus meledak di luar bangunan itu, dan pemboman kedua dilakukan oleh penyerang bunuh diri yang berjalan kaki, yang menyamar sebagai polisi.

"Perdana Menteri (Nuri al-Maliki) memerintahkan sebuah komite penyelidik dibentuk karena berulangnya serangan terhadap bangunan (ini) di provinsi Anbar," kata Kamal.

Di lokasi ledakan Senin, terlihat kubangan darah, seperti ditayangkan televisi Reuters. Potongan kaki penyerang bunuh diri itu tergeletak di tempat itu. Serpihan mobil yang hancur juga berserakan di lokasi itu.

Ali Mahmoud, seorang dokter di rumah sakit Ramadi, mengatakan, catatan rumah sakit menunjukkan 16 orang tewas, termasuk lima polisi, dan 52 cedera, yang mencakup 12 polisi.

Ruang gawat darurat rumah sakit dipenuhi pasien yang terluka dalam serangan tersebut. Rumah sakit itu juga dipadati oleh orang-orang yang berdatangan setelah seruan dari pengeras suara masjid agar mereka menyumbangkan darah untuk membantu korban yang cedera.

Pada 12 Desember, bom mobil bunuh diri menewaskan 13 orang dan melukai puluhan, sementara pada Desember 2009, dua ledakan bunuh diri menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai lebih dari 100 di luar kantor pusat pemerintah provinsi itu.

Pemboman Senin itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.(*)

Reuters/M014

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010