Jakarta (ANTARA News) - Afrika bukan hanya memiliki satu spesies gajah seperti yang diyakini banyak kalangan selama ini, melainkan dua spesies.

Sejumlah peneliti mengatakan hal itu untuk menegaskan dugaan tentang dua spesies binatang berkulit tebal yang terlihat berbeda jauh itu.

Dengan menggunakan serangkaian peralatan, tim dari Harvard, Universitas Illionis dan Universitas York di Inggris menunjukkan bahwa tidak seperti yang selama ini diyakini para ilmuwan bahwa gajah savana Afrika dan gajah hutan Afrika yang lebih kecil adalah spesies yang sama, kedua jenis gajah itu adalah sepupu jauh, yang terpisah sejak dua hingga tujuh juta tahun lalu.

"Apa yang kami duga dalam penelitian itu adalah gajah hutan dan gajah savana berhubungan sangat jauh satu sama lain dan bukan hanya subspesies atau populasi dari spesies yang sama," kata Alfred Roca dari Universitas Illinois, yang bekerja pada penelitian yang dipublikasikan dalam Public Library of Science journal PLoS Biology.

Tim itu membandingkan kode genetika gajah modern dari Afrika dan Asia dengan DNA yang diambil dari dua spesies yang sudah punah -- "wooly mammoth" dan "mastodon amerika".

"Woolly mammoth" atau gajah berbulu dengan sebutan ilmiah Mammuthus primigenius, juga dikenal sebagai Mammoth Tundra adalah hewan yang diklarifikasi sebagai spesies yang telah punah. Hewan ini dikenali dari tulang-tulang dan bangkai-bangkai beku mereka dari Amerika Utara dan Eurasia Utara dengan bangkai terawet dari Siberia. Mereka dikenal baik dengan sebutan Mammoth.

Mastodon amerika dengan nama sains Mammut americanum, hidup di Amerika utara dari sekitar 3.75 miliar sampai 10.000 tahun lalu. Mastodon bersama dengan mammoth dan gajah modern adalah anggota dari Proboscidea. Ketika dewasa mereka setinggi 2,5 sampai 3 meter pada bahu dan berat sekitar 3.500 sampai 5.400 kilogram.

"Penemuan yang mengejutkan adalah gajah hutan dan gajah savana dari Afrika -- yang oleh sejumlah kalangan dianggap spesies yang sama -- berbeda satu sama lain seperti halnya gajah Asia dan mammoth," kata David Reich dari Fakultas Kedokteran Harvard, yang bekerja pada penelitian itu.

Gajah hutan dan gajah savana memiliki ukuran tubuh yang berbeda. Gajah savana dua kali lebih besar dari gajah hutan. Gajah savana memiliki berat badan enam hingga tujuh ton dengan tinggi 11,5 kaki pada bahu dan sekitar 3 kaki (satu meter) lebih tinggi dari gajah hutan.

Meski demikian, banyak ilmuwan menganggap dua populasi gajah itu berasal dari spesies yang sama, karena mereka kawin dan menghasilkan anak-anak.

Namun hal itu dibantah Professor Michi Hofreiter, ahli DNA kuno dari York. "Perbedaan kedua spesies itu terjadi pada sekitar waktu perbedaan gajah Asia dan gajah berbulu," kata Hofreiter seperti dikutip Reuters.

Perpisahan antara gajah savana dan gajah hutan dari Afrika hampir sama lamanya dengan perpisahan antara manusia dengan simpanse.

"Hasil penelitian itu mengejutkan kami semua." Roca mengatakan, membandingkan rangkaian genetika mastodon -- -- sepupu sangat jauh dari spesies lain -- memungkinkan para peneliti melihat di mana perpisahan evolusi gajah itu terjadi.

"Gajah savana dan hutan terbukti berbeda satu sama lain secara genetika seperti halnya gajah berbulu dengan gajah Asia," kata Roca.

Pada basis praktis, penelitian itu berarti bahwa konservasi perlu memikirkan tentang kedua spesies itu secara berbeda.

Selama 50 tahun terakhir, semua gajah Afrika diperlakukan sebagai spesies yang sama. Nyatanya, mereka sangat berbeda sehingga harus dibuat rencana konservasi yang berbeda untuk keduanya.
(N002/H-KWR/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010