Jakarta (ANTARA News) - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, merasa malu sebagai pejabat karena ulah terdakwa kasus mafia pajak, Gayus HP Tambunan, yang bisa mempermainkan lembaga hukum negara.

"Sebagai pejabat, saya malu karena dipermainkan oleh Gayus," kata Mahfud, di Jakarta, Kamis.

Hal ini diungkapkan Mahfud menanggapi berita Gayus yang keluyuran ke berbagai negara dengan menggunakan paspor atas nama Sony Laksono.

Gayus yang statusnya menjadi terdakwa dalam kasus mafia pajak itu, ternyata bisa sekehendak hati ke berbagai negara, seperti Cina, Malaysia dan Singapura.

Mahfud juga menyatakan bahwa negara Indonesia saat ini sedang sial karena ditipu oleh Gayus yang bisa membeli aparat untuk bisa keluyuran ke luar negeri.

"Ini bukan kesalahan Patrialis Akbar karena jaringan itu sudah rusak lama," katanya. Patrialis Akbar yang dimaksud adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Bahkan, Mahfud menyebut malaikat pun yang jadi menteri akan kesulitan mengatasi masalah tersebut.

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah harus memperbaiki sistem yang rusak dan menghambat penegakan hukum selama ini.

"Selama ini hanya mengganti pejabat, tapi tidak pernah memperbaiki sistem," katanya.

Mahfud juga mengakui bahwa MK saat ini dianggap bersih karena lembaga baru. "Bukan saya yang hebat, tapi ini lembaga baru, jadi masih relatif bersih dan mudah dikendalikan," ungkapnya.

Dia juga mengungkapkan hal yang sama kepada KPK dan Komisi Yudisial, yang juga bersih karena lembaga baru.

Dia juga mencontohkan, mantan Jaksa Agung Hendarman Supandji yang hebat di tim pemberantas tindak pidana korupsi (Timtas Tipikor), yang juga lembaga baru, tetapi saat memimpin Kejaksaan Agung juga habis dilumat sistem yang sudah lama terbangun.

Untuk itu, Mahfud berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan membenahi sistem aparat penegak hukum yang sistemnya sudah rusak tersebut.

"Presiden harus ambil sikap tegas, dan dikawal oleh kita secara bersama-sama," dmikian Mahfud.
(T.J008/B013/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011