Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agus Martowardojo mengatakan apabila strategi penawaran saham perdana PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) lebih baik, maka hasil yang diharapkan dapat lebih maksimal.

"Sebetulnya Garuda tentu bisa melakukan persiapan yang lebih baik sebelum dilakukan IPO misalnya dengan penggabungan saham atau reverse saham," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin.

Ia berpendapat dengan strategi yang tepat seperti penggabungan saham, maka nilai penawaran saham perdana naik ketika akan ditawarkan, sehingga pada pembukaan harga bisa mencapai Rp2000 per lembar saham.

"Jadi kalau seandainya pecahan harganya itu Rp500 terlalu rendah, bisa dilakukan upaya penggabungan saham dulu biar menjadi Rp2.000 dan kemudian pada saat nanti dipasarkan menjadi harga diatas rata-rata Rp2.000," ujar Menkeu.

Menurut dia, dengan harga yang sekarang apabila dirasakan terlalu rendah, maka proses penawaran dapat dikembalikan kepada perusahaan sekuritas dalam melihat situasi harga pasar saat ini.

"Itu kalau seandainya harga ada diatas Rp500 atau kisaran Rp500 opini publik merasa itu terlalu murah. Tetapi sebagai evaluasi, selalu kita dalam memasarkan saham atau efek itu tidak bisa lepas dari harga pasar," ujarnya.

Sementara ketika ditanya mengenai banyaknya saham Garuda yang dijamin oleh perusahaan pejamin emisi, Menkeu mengatakan hal tersebut memang merupakan tugas mereka dengan telah memperhitungkan resiko dalam bermain saham.

"Penjamin emisi itu memang fungsi utamanya dibidang penjaminan kalau seandainya mereka mesti absorb mereka kan sudah punya strategi bagaimana mengurangi beban itu. Dan dalam bisnis pasti ada saat kita bisa untung ataupun rugi," ujar Menkeu.

Ia mengharapkan setelah PT Garuda Indonesia masuk dalam bursa efek dapat meningkatkan kinerja dan pelayanan perusahaan penerbangan ini, sehingga dapat mendorong BUMN lain untuk segera melakukan penawaran saham perdana.

"Saya merasa Garuda sudah menjadi publik company, semoga kinerjanya baik. Tetapi perusahaan BUMN yang lain harusnya sudah siap IPO dan saya rekomendasi mereka untuk IPO, karena banyak perusahaan yang bisa go public," ujarnya. (*)

(T.S034/B012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011