Mamuju (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat membutuhkan anggaran sekitar Rp100 miliar untuk membangun pabrik pengolahan kakao.

Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Sabtu, mengatakan, anggaran untuk membangun pabrik pengolahan kakao di Sulbar, cukup besar diperkirakan hingga mencapai sekitar Rp100 miliar.

Oleh karena itu ia mengatakan, pemerintah di Sulbar menyatakan diri tidak mampu dalam membangun pabrik pengolahan kakao tersebut sehingga membutuhkan investor untuk membangunnya.

Menurut dia, anggaran APBD Sulbar masih sangat minim sehingga tidak cukup untuk digunakan membangun pabrik pengolahan kakao tersebut karena jumlahnya hanya sekitar Rp600 juta.

Begitu juga kata dia, dengan pemerintah pusat belum ada kepastian akan membantu daerah ini untuk membangunkan pabrik pengolahan kakao yang produksinya mencapai sekitar 140 ribu ton per tahun dengan luas lahan sekitar 185 ribu hektare di Sulbar.

Padahal kata dia, Sulawesi merupakan produsen terbesar kakao secara nasional khususnya Sulbar sehingga membuat negara ini indonesia merupakan produsen terbesar kedua kakao setelah Pantai Gading

"Kakao di Indonesia secara nasional disumbangkan oleh sejumlah wilayah di pulau Sulawesi yakni sekitar 72 persen dari total produksi kakao negara ini, khususnya Sulbar menyumbang 24 persen produksi kakao negara ini," katanya.

Ia mengatakan, kakao telah memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sekitar 64 persen dari satu juta penduduk Sulbar yang mengembangkan pertanian kakao, kakao telah menyumbangkan sekitar 71 persen dari pendatannya total pendapatan mereka.

Oleh karena itu ia meminta agar pemerintah pusat melalui Wakil Presiden, Boediono yang telah berkunjung ke daerah ini dapat membantu mewujudkan pembangunan industri pengolahan kakao untuk daerah ini dari pada nantinya lebih banyak dikerjakan oleh negara lain.

"Wapres telah menyampaikan bahwa kakao di Sulbar tidak boleh lagi dijual dalam biji untuk diekspor tetapi harus dalam bentuk kakao yang sudah diolah melalui industri yang dikerjakan dari pabrik pengolahan kakao,"katanya.

Karena dengan begitu kata Gubernur, maka hasil yang didapatkan daerah ini akan lebih besar dan dapat digunakan kembali membangun pabrik untuk meningkatkan produktivitas melalui rehabiltasi, revitalisasi, intensifikasi dan pembangunan infrastruktur pendukung industri kakao.

Sehingga ia meminta pemerintah pusat dapat membantu daerah ini membangun pabrik pengolahan kakao dari pada nanti dikerjakan investor yang negara lain Malaysia dan Pilipina yang sebelumnya sudah menyatakan diri siap berinvestasi mengolah kakao di Sulbar. (MFH/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011