Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) belum menerima laporan mengenai warga negara Indonesia yang menjadi korban bencana gempa bumi yang melanda kota terbesar kedua di Selandia Baru, Christchurch, Selasa (22/2).

"Tidak, sampai saat ini kami tidak mendengar adanya masalah yang langsung menyangkut warga negara kita di sana," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu.

Namun, menurut Menlu, semua masih berkembang sehingga perwakilan Indonesia di Selandia Baru aktif memantau pergerakan informasi.

"Kan tentu masih berkembang masalahnya, korban-korban masih terus kita data namun hingga saat ini belum ada berita (tentang korban WNI)," katanya.

Sementara itu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington, Selandia Baru, membuka layanan telepon (hotline) bagi warga negara Indonesia yang membutuhkan informasi mengenai keberadaan keluarganya pascabencana gempa bumi di Christchurch.

Pihak-pihak yang membutuhkan informasi dapat menghubungi layanan hotline +64 21 454580 dan +64 21 738198 untuk memperoleh informasi pascagempa.

Menurut informasi yang beredar di sejumlah kantor berita asing setidaknya 75 orang tewas karena gempa berkekuatan 6,3 skala Richter yang mengguncang kota Christchurch, Selandia Baru.

Namun PM Selandia Baru John Key menduga jumlah korban tewas tampaknya akan bertambah.

Gempa itu terjadi pada waktu makan siang di wilayah Canterbury di South Island yang masih mencoba pulih dari gempa berkekuatan 7,0 SR pada September 2010.

Key menuju ke Christchurch beberapa jam setelah gempa terjadi dan mengatakan kota itu "keadaannya sangat hancur".

Ia mengatakan kehancuran yang terjadi lebih buruk dibanding gempa pada 4 September tahun lalu yang menyebabkan kehancuran yang luas namun tanpa ada korban jiwa.(*)

(T.G003*D013/S019)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011