Boyolali (ANTARA News) - Perdagangan ternak sapi di lereng Gunung Merapi, di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali tetap stabil, walaupun didera kasus suspect antraks di wilayah tersebut.

Tumar (40) pedagang ternak di Desa Jrakah, Selo, Boyolali, Jumat, mengatakan, para pedagang asal lereng Merapi, tidak khawatir mengalami kerugian akibat munculnya kasus suspect antraks di Klego beberapa waktu lalu.

Menurut dia, perdagangan ternak sapi di daerah ini, tetap berjalan normal dan tidak berdampak terhadap harga maupun jumlah pembelinya.

"Pembeli dan harga sapi di pasar hingga kini masih normal. Hanya saja, pedagang justru khawatir jika ada sapi impor masuk yang merusak harga pasar," kata Tumar.

Menurut dia, jika sapi impor masuk di pasaran, mengakibatkan harga menjadi turun. Sapi impor ukuran sedang seharga Rp9 juta per ekor, sama dengan sapi lokal yang harganya Rp11 juta.

"Jika banyak sapi impor masuk, para pedagang menjadi rugi akibat harga sapi lokal anjlok hingga sekitar Rp2 juta per ekor. Namun, soal penyakit suspect antraks tidak berpengaruh terhadap perdagangan sapi," katanya.

Harga ternak sapi di pasar lereng Merapi, kata dia, tetap bertahan stabil, misal sapi ukuran dewasa ditawarkan sekitar Rp12 juta hingga Rp13 juta per ekor, ukuran sedang Rp8 juta hingga Rp10 juta per ekor, dan anakan sapi sekitar Rp5 juta per ekor.

Jumlah pedagang sapi di Selo, ada puluhan orang dan mereka selalu berpindah pindah antar pasar di wilayah Boyolali, tergantung hari pasaran Jawa.

Senada dikatakan pedagang sapi asal Desa Lencoh, Selo, H. Harso (60), meskipun, Boyolali dilanda isu suspect antraks yang dapat menyebabkan menular ke manusia, tetapi belum mempengaruhi pedagangan sapi di lereng Merapi.

Harga sapi di pasaran di Selo, hingga saat ini, masih stabil. Harga memang beberapa bulan lalu, sempat anjlok akibat masukan sapi impor, sehingga dirinya mengalami kerugian puluhan juta rupiah.

"Akibat masuk sapi impor. Saya mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Karena, sapi lokal yang dijual harganya anjlok, kata H. Harso.

Sementara Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, Dwi Priyatmoko, akibat kasus suspect antraks di Desa Karangmojo, Klego, beberapa waktu lalu, berdampak terhadap perdagangan sapi sejumlah pasar hewan ternak di Boyolali, cenderung menurun.

Menurut dia, penurunan terjadi dari jumlah transaksi di Boyolali hingga mencapai 20 persen per hari. Yang biasanya mencapai 1.000 ekor kini rata rata 800 ekor per hari.

Namun, lanjut dia, soal turunnya harga ternak sapi sudah berlangsung beberapa lalu akibat ada sapi impor beredar di pasaran.

Kendati demikian, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap kesehatan ternak yang diperdagangkan di pasar pasar hewan. Hal itu, untuk mengantisipasi sapi yang sakit tetap diperjualbelikan di pasaran.

Pihaknya juga terus melakukan vaksinasi terhadap ternak sapi, meski hasilnya laboratorium dari sampel sapi sakit tersebut negatif antraks.  (B018/B013/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011