Kita tahu NPC Indonesia sudah punya nama dan prestasi sehingga harus dipertahankan
Jakarta (ANTARA) - Jendi Pangabean berharap kebijakan penerapan pembatasan nomor perlombaan untuk atlet elite di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVI Papua dapat berdampak baik pada regenerasi atlet.

Atlet para renang asal Sumatera Selatan itu mendukung penerapan kebijakan tersebut karena menurutnya Peparnas Papua menjadi momentum tepat untuk mencari bibit atlet potensial.

"Kita tahu NPC Indonesia sudah punya nama dan prestasi sehingga harus dipertahankan. Selain itu, peraih medali di ajang internasional juga terus bertambah usia. Jadi memang harus ada regenerasi," kata Jendi Pangabean kepada ANTARA, Senin.

Baca juga: Giliran Jendi Pangabean berjuang di Paralimpiade Tokyo 2020

Lebih dari itu, masih kata Jendi Pangabean​​​​​​, pembatasan nomor untuk atlet elite juga bakal memotivasi atlet-atlet baru untuk lebih bersemangat mengejar prestasi.

Bagi Jendi, Peparnas Papua merupakan penampilan ketiga dalam pesta olahraga terbesar untuk atlet disabilitas di Tanah Air tersebut.

Prestasi Jendi terbilang mentereng. Debutnya terjadi di Peparnas Riau pada 2012 dengan sukses membawa pulang dua emas, satu perak, dan satu perunggu.

Medali emas masing-masing diraih pada nomor 100 meter gaya punggung dan 200 meter gaya ganti. Sedangkan perak di nomor 50 meter gaya kupu-kupu dan perunggu pada nomor 50 meter gaya punggung.

Kemudian prestasi tersebut meningkat pada Peparnas Jawa Barat pada 2016 dengan mendulang tiga medali medali emas.

Masing-masing pada nomor 100 meter gaya punggung, 200 meter gaya bebas, dan 200 meter gaya ganti.

Baca juga: Profil atlet Paralimpiade: Jendi Pangabean, dari cemas berbuah emas

Kini di Peparnas Papua, dengan adanya kebijakan pembatasan nomor perlombaan untuk atlet elite, atlet yang turun di Paralimpiade Tokyo 2020 itu hanya akan turun satu nomor yakni 400 meter gaya bebas, yang notabene bukan nomor spesialisnya.

Namun Jendi mengatakan pilihan turun di nomor tersebut adalah untuk mempertajam rekor nasional (rekornas) yang dia ciptakan di ASEAN Para Games Kuala Lumpur Malaysia pada 2017 dengan catatan waktu 4 menit 57 detik.

Atlet 30 tahun itu berharap kebijakan pembatasan nomor perlombaan tidak sia-sia. Artinya, adanya Peparnas Papua akan lahir bibit atlet potensial.

Bukan hanya mengejar medali emas, kata Jendi, tetapi bisa melebihi limit waktu yang dimiliki atlet elite yang tak turun pada nomor tersebut.

"Tentunya, harapannya aturan ini tidak sia-sia. Renang adalah olahraga terukur dan bukan medali saja yang dikejar, tetapi bisa mengalahkan limit waktu atlet elite lainnya," kata Jendi.

"Jangan menang medali karena kami (atlet elite) tidak turun. Tetapi memang karena layak dan limit waktunya bagus," pungkas Jendi.

Baca juga: Jendi ingin pertahankan lima emas pada ASEAN Paragames 2020

Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021