Tripoli (ANTARA News/Reuters) - Tembakan senapan-senapan mesin otomatis meletus di ibu kota Libya, Tripoli, pada Ahad, dan pertama terjadi di pangkalan utama Muamar Gaddafi dalam dua pekan pemberontakan terhadap kekuasaan 41 tahunnya.

Tidak jelas siapa yang melakukan penembakan yang dimulai pukul 05:45 waktu setempat (10:45 WIB) atau penyebabnya. Tembakan senapan mesin, beberapa di antaranya kaliber berat bergema di tengah kota Tripoli, bersamaan dengan sirene-sirene ambulan, teriakan para pendukung Gaddafi, suara klakson mobil sementara kendaraan-kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi melalui kota itu.

Seorang juru bicara pemeritah membantah terjadi pertempuran di Tripoli. "Saya menjamin anda, saya menjamin anda, saya menjamin anda, tidak ada pertempuran di Tripoli," kata Mussa Ibrahim yang juru bicara pemerintah.

"Segalanya aman. Tripoli 100 persen berada dibawah kendali. Apa yang anda dengar itu adalah pesta petasan. Penduduk berada di jalan-jalan, menari di taman." Akan tetapi ia memperingatkan: "Saya menganjurkan anda jangan pergi ke sana demi keselamatan anda.

Pemberontakan bersenjata yang diilhami pemberontakan damai yang menggulingkan para penguasa di Mesir dan Tunisia meluas ke negara-negara Aran lainnya yang para pemimpinnya lama berkuasa dan tidak ada demokrasi, pemerintah yang baik dan lapangan kerja.

Pemberontak Libya juga bergerak maju dari wilayah timur kampung halaman Gaddafi, Sirte sekitar 500km dari Tripoli dan mempertahankan posisi-posisi di satu kota barat dekat ibu kota setelah bertahan menghadapi dua serangan kendaraan lapis baja pasukan pemerintah.

Situasi kota barat Zawiyah tenang setelah Sabtu malam , dengan pemberontak berjaga-jaga di atap rumah dan menempatkan pos-pos pemeriksaan di jalan-jalan menuju tengah kota.

Seorang dokter di Zawiyah , sekitar 50km barat Tripoli mngatakan setidaknya 30 orang sebagian besar warga sipil tewas dalam pertempuran Sabtu yang menghancurkan pusat kota itu, meningkatkan jumlah korban paling tidak 60 orang dalam dua hari pertempuran.

Hampir 600km ke timur di sepanjang pantai Mediterania Libya , pemberontak mengatakan mereka merebut kota Bin Jawad, Sabtu dan hampir menguasai pelabuhan minyak Ras Lanuf dan bergerak ke arah barat menuju Sirte.

"Kami sekarang akan menyerang Sirte," kata seorang pemberontak Mohamed Salim kepada Reuters, sementara yang lainnya Mohamed Fathi mengatakan:"Dengarkan , kami tidak memiliki organisasi dan tidak punya rencana militer. Kami akan bergerak di mana kami perlukan."

Banyak kota di bagian timur jatuh ketangan pemberontak , Sirte tidak mungkin akan dikuasai pemberontak. Kota itu telah banyak menerima subsidi dari Gaddafi, yang sering menjadi tuan rumah konferensi-konferensi Arab dan internasional.

Sirte juga menjadi satu pangkalan udara penting dan pasukan militer yang setia pada Gaddafi dan lembah Sirte adalah tempat sebagian besar cadangan minyak Libya.

Di Tripoli, Wakil Menlu Khaled Kaim mengemukakan kepada wartawan Zawiyah "tenang dan damai" Sabtu malam. "Kami mengharapkan besok pagi kehidupan akan kembali normal."

Di Zawiyah, yang direbut pemberontak awal pekan lalu mengejutkan pemimpin Libya itu karena daerah barat Libya itu secara trsdisi merupakan pusat dukungan rakyat pada Gaddafi.

Tetapi situasi masih tegang dan pemberontak dalam siaga bagi satu serangan baru.

Abu Akeel, seorang penduduk Zawiyah mengemukakan kepada Reuters pasukan pemerintah menembaki rumah-rumah dan sebuah masjid tempat orang berlindung. Seorang penduduk lainnya mengatakan ia melihat 20 tank bergerak maju ke taman utama dalam saerangan kedua.

Badan Energi Internasional mengatakan pemberontakan itu menghambat sekitar 60 persen dari 1,6 juta barel per hari produksi minyak.Penurunan itu sebagian besar akibaat pulangnya ribuah pekerja minyak asing, telah memukul ekonomi dan menyebabkan harga minyak mentah di luar negeri naik.
(Uu.H-RN/H-AK)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011