Bangkok (ANTARA News) - Kekerasan meningkat di wilayah paling selatan Thailand, kata pemerintah Thailand, Selasa, menyusul serangkaian serangan bom dan senjata api di wilayah berpenduduk mayoritas Muslim itu.

"Saya mengaku bahwa kerusuhan meningkat tetapi para pejabat kami memutuskan akan bekerja sekuat tenaga untuk menyelesaikan masalah itu," kata Tawin Pleansri, Sekjen Dewan Keamanan Nasional kepada wartawan.

"Sulit untuk mengawasi daerah yang sangat luas itu. Kendati begitu insiden-insiden lebih sedikit terjadi, tetapi memang lebih serius," katanya seperti dikutip AFP.

Kelompok garis keras Islam memberontak di wilayah Thailand paling selatan yang berbatasan dengan Malaysia sejak tahun 2004  yang menewaskan lebih dari 4.400 orang Muslim dan Buddha.

Aksi kekerasan itu tampaknya meningkat dalam waktu belakangan ini, dengan serangkaian serangan bom di wilayah itu, termasuk satu pada Januari yang menewaskan sembilan orang. Sedangkan pekan lalu serangan terhadap pangkalan militer menewaskan setidaknya empat tentara.

Pihak berwenang mengatakan gerilyawan tampaknya mengubah taktik mereka dengan memusatkan diri pada serangan-serangan lehih keras.

Lebih dari 60,000 personil pasukan keamanan digelar di provinsi-provinsi yang dilanda aksi kekerasan untuk memerangi kelompok gerilyawan yang tujuannya tidak jelas.

"Masalah ini tidak dapat diselesaikan dalam beberapa bulan," kata Suthep Thaaugsuban, wakil perdana menteri yang bertanggung jawab atas keamanan nasional.

Para kritikus menuduh pemerintah gagal menangani keluhan-keluhan minoritas Melayu Muslim Thailand, termasuk kekejaman militer dan kurang dihormatinya identitas etnik, bahasa dan agama mereka.(*)

H-RN/H-AK

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011