London (ANTARA) - Menteri keuangan Inggris Rishi Sunak akan memberi tahu perusahaan-perusahaan pada Rabu untuk menetapkan rencana transisi ke ekonomi rendah karbon pada 2023.

Rencana itu merupakan bagian dari upaya menjadikan Inggris sebagai pusat keuangan pertama di dunia yang mencapai emisi karbon nol bersih (net zero).

Rencana ini harus mencakup target untuk mengurangi risiko iklim, tujuan sementara antara sekarang dan 2050, dan langkah-langkah untuk memenuhinya, kata kementerian keuangan menjelang pidato Sunak pada konferensi iklim COP26 PBB di Glasgow.

Namun, tidak akan ada kewajiban mencapai nol bersih bagi perusahaan atau larangan investasi dalam kegiatan yang mengeluarkan banyak karbon, kata kementerian itu. Sebaliknya, investor harus menentukan apakah rencana perusahaan memadai atau kredibel.

Baca juga: Jokowi ingin fokus kerja sama dengan Inggris di sektor ekonomi hijau

"Akan ada persyaratan baru bagi lembaga keuangan Inggris dan perusahaan yang terdaftar untuk mengumumkan rencana transisi nol bersih yang merinci bagaimana mereka akan beradaptasi dan mengurangi karbon saat Inggris bergerak menuju ekonomi nol bersih pada 2050," kata kementerian itu.

Satuan tugas baru akan menawarkan model untuk rencana transisi dalam upaya menghindari 'kamuflase hijau' --strategi komunikasi yang mencitrakan perusahaan menjalankan ekonomi ramah lingkungan namun kenyataannya merusak.

Inggris juga akan menerbitkan proposal tahun depan yang menetapkan bagaimana sektor keuangan harus bertransisi ke nol bersih pada 2050.

Sunak menyambut baik pengumuman yang direncanakan dari Glasgow Financial Alliance for Net Zero bahwa lebih dari $130 triliun (Rp 1.863 kuadriliun) modal swasta, setara dengan 40 persen dari aset keuangan dunia, sekarang akan diselaraskan dengan tujuan iklim untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius, kata kementerian itu.

Baca juga: Inggris dorong aksi iklim global yang ambisius dalam presidensi COP26

Rencana ini akan membantu "memperbaiki seluruh sistem keuangan global menjadi nol bersih", kata Sunak dalam kutipan pidatonya.

Aliansi ini merupakan pengelompokan lebih dari 160 perusahaan keuangan yang diketuai oleh mantan Gubernur Bank of England Mark Carney.

Inggris akan berusaha untuk mengatasi hambatan keuangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dengan serangkaian inisiatif hijau baru, termasuk 100 juta pound (Rp1,9 triliun) untuk membantu negara-negara berkembang mendapatkan dana untuk rencana iklim, kementerian menambahkan.

Sunak mengharapkan target pendanaan iklim senilai 100 miliar dolar (Rp1,4 kuadriliun) untuk negara-negara yang paling rentan akan terpenuhi pada 2023, dibantu oleh mekanisme pembiayaan baru untuk meningkatkan investasi dalam energi bersih seperti tenaga surya dan angin di negara-negara berkembang.

Inggris akan memberikan hasil investasinya di Climate Investment Funds, sebuah proyek untuk membantu negara-negara berkembang yang didukung oleh pemberi pinjaman seperti Bank Dunia, ke dalam mekanisme baru yang direncanakan untuk menerbitkan obligasi hijau senilai miliaran pound untuk proyek-proyek energi bersih, kata kementerian itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Menko Luhut bertemu PM Inggris bahas COP26 hingga kerja sama energi
Baca juga: Luhut bertemu Tony Blair, bahas COP26 hingga ibu kota baru

 

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021