Jakarta (ANTARA News)- Harga komponen-komponen utama teknologi terus meningkat, Selasa, akibat kerusakan yang menimpa pabrik dan infrastruktur di Jepang setelah gempa bumi dan gelombang tsunami menghantam negeri itu Jumat (11/3).

Kerusakan itu akan terus mengganggu rantai manufaktur dunia lebih lama dari perkiraan banyak orang, demikian seperti yang dilaporkan Reuters.

Belasan perusahaan Jepang yang membuat komponen-komponen teknologi utama untuk berbagai perusahaan elektronik dan otomotif kini masih membiarkan pabrik mereka berhenti bekerja, sementara kerusakan infrastruktur seperti listrik, jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan masih butuh berbulan-bulan untuk memperbaikinya.

Perusahaan riset IHS iSuppli dalam sebuah kesempatan, Selasa, mengatakan bahwa gempa bumi dan gempa-gempa susulan bisa menyebabkan kelangkaan sejumlah komponen elektronik dan naiknya harga-harga.

"Ada beberapa laporan tentang kerusakan pada fasilitas produksi elektrnonik, dampak dari infrastruktur transportasi dan listrik akan mengganggu pasokan barang dan berakibat kelangkaan dan naiknya harga," ungkap iSuppli.

Komponen-komponen yang mengalami kenaikan harga antara lain memory flash NAND, dynamic random access memory (DRAM), microcontrol, standar logic, panel liquid-crystal display (LCD), dan komponen serta bahan-bahan pembuat LCD.

Harga spot chip memory flash NAND misalnya terus naik hampir satu persen setelah melonjak 20 persen pada Senin (14/3), sementara harga chip memory DRAM naik 0,2 persen setelah naik hingga tujuh persen Senin.

Jepang memproduksi seperlima dari prosuksi semikonduktor dunia termasuk 40 persen dari produksi chip memory flash yang banyak digunakan untuk pembuatan smartphone, komputer tablet, dan komputer.

Menurut iSuppli jika gangguan terhadap pengiriman komponen semikonduktor ini berlangsung hanya dalam dua minggu, maka akan menyebabkan terganggunya harga dan terjadinya kelangkaan hingga catur wulan ketiga.

Permintaan

Permintaan memori flash NAND terus meningkat, terutama perangkat mobile dan komponen komputer tablet seperti komponen iPad 2 yang telah terjual hampir sejuta unit hanya dalam satu pekan.

Toshiba Corp yang memproduksi hampir sepertiga dari pasokan chip memori flash NAND mengatakan masih memantau pabrik System LSI mereka di perfektur Iwate yang Jumat (11/3) turut dihantam gempa tsunami. Mereka belum bisa memastikan kapan pabrik itu dibuka kembali.

Pabrik itu memproduksi microprocessor dan sensor gambar.

Texas Instrument, perusahaan yang juga memproduksi chip, Senin telah memberitahu bahwa dua pabriknya baru akan bisa berproduksi penuh kembali pada Juli mendatang meski dan telah memindahkan 60 persen dari produksi mereka ke pabrik lain.

Sementara Canon Inc menginformasikan belum bisa melanjutkan proses produksi pada tiga pabrik yang memproduksi peralatan kantor dan lensa yang digunakan dalam perangkat audio visual pekan ini.

Sony Corp, salah satu raksasa teknologi Dunia asal Jepang, juga mengatakan sejumlah delapan pabrik mereka yang memproduksi perangkat optik, kartu IC (yang sering digunakan pada kartu telepon atau kartu kredit), cakram blue ray, berbagai chip, dan batery lithium masih ditutup dan belum memastikan kapan semua fasilitas itu akan kembali dibuka.

Sementara perusahaan Taiwan, Wintek, yang memproduksi modul sentuh untuk iPad 2 mengatakan masih mempunyai persediaan yang cukup untuk dua pekan dan yakin tidak terpengaruh oleh dampak bencana Jepang.

Tetapi seorang sumber orang dalam perusahaan itu membocorkan bahwa mereka selama ini menggunakan komponen buatan Jepang dan kini sedang mencari pemasok lain untuk memenuhi permintaan pasar.

Hynix Semiconductor Inc., produsen chip memory terbesar kedua di dunia mengatakan masih mempunyai persediaan wafer, bahan semikonduktor yang berbentuk lingkaran, untuk sekitar dua bulan. Tetapi jika gangguan pengiriman wafer dari Shin Etsu terus berlangsung makan jadwal produksi mereka bisa terganggu.

Hynix Semikonduktor Inc, merupakan perusahaan asal Korea Selatan dan para analis yakin lebih dari 50 persen pasokan wafer-nya diperoleh dari Shin Etsu, raksasa kimia asal Jepang.

"Karena kami masih mempunyai persediaan yang cukup maka tidak akan ada dampak jangka pendek tetapi jika situasi memburuk dan terus berlangsung maka akan berdampak luas pada keseluruhan industri karena Jepang adalah produsen wafer utama. Kami akan mencari sumber pasokan lain dari perusahaan non-Jepang, termasuk dari perusahaan Korea Selatan," ujar seorang juru bicara Hynix.

Pengalihan permintaan itu bisa jatuh pada LG Siltron, produsen wafer silicon yang bermarkas di Korsel.

Selain itu, produsen chip asal China, SMIC juga mengatakan masih mengalami dampak kecil akibat bencana alam di Jepang tetapi mereka terus memantau keadaan pasokan.

Produsen Baja

Sementara itu kekhawatiran awal bahwa 20 persen kapasitas produksi baja di Jepang akan terpengaruh tampaknya berlebihan. Para produsen baja justru sedang mengalami pukulan karena permintaan menurun setelah banyak pabrikan otomotif yang memilih menghentikan produksi selama beberapa hari.

Akibat gempa dan tsunami itu, Toyota Motor, Honda Motor, dan Nissan Motor telah menutup belasan fasilitas pabrik mereka di Jepang.

Pabrik Toyota di Thailand bahkan telah memotong waktu kerja lembur setelah memeriksa pasokan suku cadang, kata seorang juru bicara dari produsen mobil dunia itu.

Hyundai Heavy Industries, pabrikan pembuat kapal dunia asal Korsel, mengatakan pasokan baja dunia sebenarnya lebih baik ketimbang yang awalnya dicemaskan pasar.

"Kami berharap pasokan plat baja akan bisa kembali normal dalam satu bulan. Sumitomo salah satu dari pemasok baja Jepang memang mengalami masalah besar akibat hambatan dalam logistik dan proses produksi komponen yang terhenti," ujar seorang juru bicara.

"Kami telah membuat kesepakatan dengan produsen baja lokal untuk meminta pasokan tambahan jika terdesak. Dan kami masih mempunyai cadangan plat baja untuk dua sampai empat minggu," ia melanjutkan.

Reanault-Samsung yang memproduksi sedan Nissan Almera dan Nissan Sunny mengatakan gangguan berlarut-larut di Jepang bisa mengganggu penjualannya karena produksi komponen di Jepang merupakan 10 persen dari total komponen impornya.

"Kami masih mempunyai persediaan untuk dua hingga tiga pekan. Sejauh ini kami baik-naik saja tetapi jika krisis ini terus berlangsung maka akan menyebabkan bahaya," ujar seorang juru bicara.

(Ber/S026)

Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011