Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia memberikan bantuan dua juta dolar AS (sekitar Rp18 miliar) kepada Jepang yang terkena gempa dan tsunami dan meyakini bencana itu tidak mengubah hubungan Indonesia-Jepang.

"Indonesia memberikan bantuan senilai dua juta dolar AS kepada Jepang untuk membantu kondisi darurat akibat gempa bumi dan tsunami dan masih dimungkinkan untuk memberikan bantuan lebih besar lagi," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pada Rabu di Jakarta.

Bantuan tersebut masih untuk bantuan darurat bencana sementara bantuan untuk fase pasca bencana seperti untuk pekerjaan konstruksi dan pembangunan masih berpotensi untuk diberikan.

Ia menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers didampingi oleh Wakil Menlu Jepang Makiko Kikuta yang berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri acara ASEAN Regional Forum Disaster Relief (ARF DIREX) di Manado dan pertemuan Metropolitan Priority Area (MPA) di Jakarta.

"Saya datang ke Indonesia untuk menghadiri ARF DIREX dan MPA karena Jepang dan Indonesia menjadi tuan bersama kedua kegiatan itu, dan Jepang bertekad untuk menyukseskan keduanya," ungkap Wamenlu Kikuta.

Menurutnya, hubungan Indonesia dan Jepang tidak akan berubah meski terjadi bencana, termasuk juga dalam kemitraan strategis dengan Indonesia.

""Keinginan untuk meningkatkan kemitraan strategis dengan Indonesia tidak berubah termasuk rencana Jepang untuk memberikan pinjaman untuk pembangungan pembangkit listrik tenaga batu bara, pembangunan infrastruktur serta perbaikan iklim investasi," jelas Kikuta.

Bantuan Official Development Assistance (ODA) Jepang di Indonesia dimulai dari tahun 1954, dan menurut laman resmi situs bantuan ODA Jepang di Indonesia, secara kumulatif, bantuan Jepang kepada Indonesia berjumlah 29,5 miliar dolar AS (hingga 2006), menjadikan Jepang sebagai negara donor terbesar Indonesia.

Wamenlu Kikuta mengatakan sebenarnya ia juga sempat bingung apakah tetap datang ke Indonesia atau membatalkan rencana karena guncangan gempa berkekuatan 8,9 skalar Richter diikuti tsunami di wilayah timur laut Jepang pada Jumat (11/3).

"Sebelum datang ke Indonesia saya mengalami kebingungan apakah tetap datang atau tidak, tapi saya melihat momen ini merupakan kesempatan baik dan Jepang menjadi tuan rumah ARF DIREX bersama Indonesia, jadi saya memutuskan untuk tetap ke sini," ucapnya dengan bantuan penerjemah.

Ia juga berterima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rakyat Indonesia karena bantuan yang diberikan kepada Jepang dan percaya bahwa rakyat Jepang dapat bangkit pasca bencana seperti juga pemulihan Indonesia pasca gempa dan tsunami 2006.

"Kerugian materi memang belum dapat diperkirakan seberapa besar, namun rakyat Jepang optimis dapat bangkit seperti juga yang dialami Indonesia pasca bencana gempa dan tsunami 2004," tambahnya.

Terkait kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima no. 1 yang dikhawatirkan menyebarkan partikel radioaktif yang berbahaya bagi manusia, Kikuta mengatakan bahwa pemerintah Jepang sudah berusaha menstabilkan dan mengamankan keadaan.

"Pemerintah Jepang berusaha untuk menstabilkan dan mengamankan warga Jepang maupun warga asing dengan mengungsikan warga yang tinggal 20 kilometer dari PLTN, sedangkan yang berjarak 20-30 km diminta untuk tinggal di rumah," ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa pemerintah Jepang tidak membedakan warga Jepang dan warga negara lain dalam proses evakuasi.

Menlu Marty menambahkan bahwa KBRI Tokyo dalam proses evakuasi juga membantu warga negara lain seperti warga Nepal, Malaysia dan Filipina.(*)

(KR-DLN/S025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011