Sleman (ANTARA News) - Enam unit alat berat ekskavator masih terjebak dalam timbunan lahar dingin di Sungai Gendol di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, setelah banjir lahar dingin melanda aliran sungai itu pada Sabtu malam (19/3).

"Saat ini masih ada enam ekskavator yang masih terjebak dan tertimbun material banjir lahar dingin, upaya pengangkatan sudah dilakukan namun karena timbunan cukup tinggi dan berat maka sampai sekarang belum berhasil," kata salah seorang operator ekskavator Widi Utomo, Senin.

Enam unit ekskavator itu mulanya sudah diparkir di tempat yang aman, namun banjir lahar dingin sisa-sisa letusan Gunung Merapi telah menimbunnya.

"Empat buah ada di wilayah Dusun Tambakan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, sedangkan dua unit lagi berada di wilayah atas, saat kejadian alat berat tersebut dalam posisi diparkir karena sudah malam. Namun kehendak alam kok lain, kejadian saat itu sangat cepat dan material vulkanik langsung menimbun alat-alat berat tersebut," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya fokus untuk mengevakuasi empat ekskavator yang ada di Tambakan, Sindumartani, Ngemplak.

"Upaya penyelamaatan ekskavator ini dilakukan dengan membuat jalur untuk jalan masuk kendaraan `crane` atau truk besar. Medannya sangat sulit sehingga harus buat jalan baru dulu untuk memindahkannya," katanya.

Widi mengatakan, alat-alat berat yang sebelumnya digunakan untuk kegiatan normalisasi aliran Sungai Gendol tersebut dipastikan mengalami rusak berat dan kerugian ditaksir bisa mencapai miliaran rupiah.

"Ekskavator ini didatangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, kalau harga baru mencapai Rp850 juta untuk merk Kobelco, sedang harga setengah pakai mencapai Rp500 juta per unit," katanya.

Ia mengatakan, jika nanti seluruh ekskavator ini berhasil di evakuasi, selanjutnya akan diangkut dengan `crane` untuk diperaiki di bengkel.

"Kalau beli lagi, terlalu mahal, sehingga lebih baik diperbaiki dulu di bengkel khusus, karena yang jelas pasti rusak dan tidak bisa jalan," katanya.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011