Sanaa (ANTARA News) - Sejumlah tank ditempatkan di ibukota Yaman Senin ketika para jenderal berjanji mematuhi "revolusi" dan pemimpin suku utama negara itu menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh meninggalkan tampuk kekuasaan.

Tank-tank mengambil posisi di lokasi-lokasi penting di seluruh kota Sanaa termasuk istana presiden, bank sentral dan kementerian pertahanan, namun tidak jelas apa perintah mereka atau siapa yang mengomando.

Dalam rangkaian pertama pukulan telak terhadap kekuasaan Saleh, Jenderal Ali Mohsen  al-Ahmar, komandan Distrik Militer Barat Daya yang mencakup Sanaa, mengumumkan dia telah bergabung dengan "revolusi."

"Krisis menjadi lebih rumit dan mendorong negara itu ke dalam kekerasan dan perang saudara," kata jenderal itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan Hammoud Mounassar dari AFP yang dipantau ANTARA News.

"Menurut apa yang saya rasakan, dan menurut perasaan para mitra komandan dan prajurit saya ...saya mengumumkan dukungan kami serta pembelaan damai kami kepada revolusi kaum muda.

"Kami akan memenuhi kuajiban kami dalam menjaga keamanan dan stabilitas."

Satu per satu, lusinan perwira dari berbagai jenjang kepangkatan berdiri di tenda kota dekat Universitas Sanaa, dimana para demonstran terus berjaga sejak 21 Februari walaupun ada gelombang serangan, dan di depan umum berjanji untuk mendukung revolusi tersebut.

Komandan Distrik Militer Bagian Timur Jenderal Mohammed Ali Mohsen juga mengajukan dukungan di belakang para pemrotes, bersama paling tidak dua jenderal top lain, Nasser Ali Shuaybi di provinsi Hadramawt dan Faisal Rajab di provinsi bagian selatan Lahiji.

Sadiq al-Ahmar, pemimpin federasi suku Hashid, terbesar di Yaman yang sangat kesukuan dan sumber utama kekuasaan Saleh, mengatakan kepada Al-Jazeera waktunya bagi presiden yang sedang diperangi untuk "pergi dengan tenang."

"Saya mengumumkan atas nama semua anggota suku kami bahwa saya bergabung dengan revolusi," kata Ahmar, meminta Saleh "untuk mengecualikan Yaman dari pertumpahan darah serta pergi dengan tenang."

Wakil ketua parlemen, Himyar al-Ahmar, dan gubernur provinsi penting bagian selatan Aden, Ahmed Qaatabi, juga mengundurkan diri sebagai protes atas perlakuan kepada para demonstran.

Pembelotan berlangsung sehari setelah Saleh membubarkan kabinetnya dalam upaya untuk menenangkan seruan oposisi untuk melakukan reformasi total di negara sekutu penting AS tersebut.

Ketika pilar kekuasaannya nampaknya runtuh, Saleh mengirim Menteri Luar Negeri Abu Bakr al-Kurbi dengan misi urgen ke Arab Saudi dengan pesan rahasia untuk raja, lapor kantor berita negara itu.

Rejim telah kehilangan dukungan dari para pemimpin agama dan telah diperlemah oleh pengunduran diri para menteri, duta besar dan beberapa anggota parlemen partai yang berkuasa, namun Saleh menolak lengser sampai masa jabatannya berakhir pada 2013.

Rejimnya secara internasional dikecam setelah lebih dari 50 orang terbunuh ketika orang-orang bersenjata yang setia Jumat menembak para pemrotes di Lapangan Universitas Sanaa, pusat gerakan pro-demokrasi.

Pembelotan para perwira tinggi militer ke kubu oposisi kemungkinan akan mempersulit dukungan Washington untuk Saleh, yang dipandang sebagai pilar stabilitas di negara bergolak dan mitra dalam perang melawan Al-Qaeda.

Pasukan khusus AS sedang melatih unit-unit anti teror Yaman menghadapi Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), yang dengan sengaja mencoba melakukan sejumlah serangan terhadap sasaran-sasaran AS.

Yaman juga diduga menjadi tempat persembunyian tokoh agama AS-Yaman radikal Anwar al-Awlaki, seorang yang diduga pemimpin AQAP dan dilukiskan oleh seorang perwira keamanan AS senior sebagai "besar kemungkinan berisiko paling signifikan" bagi Amerika Serikat.

Selagi Saleh berpegang erat pada kekuasaan, muncul laporan-laporan tak terkonfirmasi bahwa sejumlah duta besar juga telah membuat janji mendukung "revolusi," dalam apa yang kemungkinan akan menjadi akhir permainan dari periode kekacauan panjang dan berdarah di negeri strategis itu.

Duta besar untuk PBB dan menteri hak asasi manusia negara itu mengundurkan diri Minggu sebagai protes terhadap perlakuan brutal pada para pemrotes damai.

Para politisi dan pemimpin masyarakat sipil bergabung dalam prosesi pemakaman masif di Sanaa Minggu untuk sejumlah orang yang terbunuh minggu lalu, dalam apa yang menjadi demonstrasi anti rejim terbesar sejak protes mulai akhir Januari.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon Senin dengan keras mengutuk penggunaan peluru sungguhan melawan para demonstran di Yaman, dan mengulangi kembali seruan internasional untuk dialog dan pengekangan diri.

"Pemerintah Yaman mempunyai kuajiban untuk melindungi warga sipil. Saya serukan supaya sangat mengekang diri dan mengakhiri kekerasan," kata Ban kepada para wartawan menyusul pembicaraan dengan ketua Liga Arab Amr Mussa di Kairo.

"Tidak ada alternatif dialog inklusif bagi reformasi politik, sosial dan ekonomi untuk menjawab krisis politik Yaman."

AFP/B.Kunto Wibisono

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011