New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak naik untuk ketiga hari berturut-turut pada Rabu waktu setempat, di tengah lebih banyak tanda-tanda permintaan meningkat dan berlanjutnya gejolak di negara eksportir minyak mentah Libya dan Yaman.

West Texas Intermediate atau minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman April naik 78 sen dari Selasa menjadi 105,75 dolar AS per barel di New York, merupakan penutupan tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Di London, kontrak utama minyak mentah Brent North Sea bertambah 15 sen menjadi 115,55 dolar AS.

Data persediaan yang dirilis Rabu menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi AS mantap meskipun harga naik.

Departemen Energi mengatakan bahwa persediaan minyak mentah naik 2,1 juta barel minggu lalu, tapi stok bensin menyusut 5,3 juta barel.

"Kejutan besar berada di sisi produk, masih menunjukkan bahwa ada permintaan baik untuk bensin. Konsumen AS bersedia membayar harga tinggi," kata Jason Schenker dari Prestige Economics.

Tetapi pasar juga memiliki pertimbangan mereka atas konflik di seluruh dunia Arab dan bencana Jepang.

"Masalah-masalah tentang Libya dan Yaman telah mendorong harga minyak mentah naik, meskipun Yaman adalah eksportir kecil dan Libya lebih signifikan," kata John Vautrain dari konsultan energi Purvin and Gertz.

"Situasi ini mungkin akan berlangsung untuk sementara waktu," kata Vautrain.

Sementara itu kelompok energi AS ConocoPhillips, Rabu mengatakan permintaan gas alam cair akan meningkat setelah bencana gempa Jepang melumpuhkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.

"Pemerintah-pemerintah dunia mulai mempertimbangkan kembali beberapa rencana pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir mereka," kata kepala strategi Conoco, Al Hirshberg.

"Saya perkirakan itu (gasa alam cair) akan bergerak naik karena Jepang menggunakan lebih banyak LNG untuk menggantikan pembangkit listrik (nuklir)," katanya.(*)

(A026/A027)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011