Ini salah satu sorotan paling penting dari G20 di bawah Presidensi Indonesia, bagaimana koordinasi global dapat terus terjalin untuk memulihkan ekonomi yang tidak sinkron di tengah kebijakan yang berbeda
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Presidensi G20 tahun 2022 yang diselenggarakan di Indonesia akan menyoroti koordinasi global dalam pemerataan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19.

“Ini salah satu sorotan paling penting dari G20 di bawah Presidensi Indonesia, bagaimana koordinasi global dapat terus terjalin untuk memulihkan ekonomi yang tidak sinkron di tengah kebijakan yang berbeda,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Sri Mulyani menjelaskan pandemi COVID-19 telah menyebabkan hilangnya nyawa manusia secara dramatis di seluruh dunia serta menghadirkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi kesehatan dan ekonomi global.

Ia mengatakan sebanyak lebih dari 10 juta orang sekarang mengalami kemunduran yakni berada di bawah garis kemiskinan yang ekstrem serta jutaan perusahaan dan perusahaan berhenti berbisnis.

Hal itu menguji G20 untuk merespon agar dunia bisa pulih bersama mengingat semua negara di dunia telah mengambil langkah-langkah luar biasa untuk menyelamatkan nyawa dan ekonomi.

“Ini tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya baik di sisi fiskal, sisi moneter maupun sisi regulasi untuk mendukung individu dan bisnis,” ujarnya.

Beberapa negara bahkan telah merespon dengan stimulus yang hampir 10 kali lipat jika dibandingkan dengan krisis keuangan global lainnya.

Di sisi lain, Sri Mulyani menuturkan pemulihan yang terjadi ini ternyata tidak seimbang karena negara-negara maju menunjukkan pemulihan yang jauh lebih cepat sedangkan beberapa negara berpenghasilan rendah tertinggal.

Pemulihan tidak merata tersebut merupakan implikasi dari koordinasi kebijakan yang tidak signifikan sehingga beberapa negara mengalami tekanan inflasi yang sangat tinggi, kontraksi ekonomi, pengangguran dan kemiskinan.

Oleh sebab itu, Presidensi G20 tahun 2022 akan menjadi forum penting bagi pembuat kebijakan untuk mendiskusikan dan merancang cara dalam menciptakan proses pemulihan yang merata termasuk tantangan baru mengenai inflasi, harga komoditas tinggi serta gangguan pasokan.

“G20 perlu terus waspada terhadap tantangan ini dan ini akan menjadi salah satu forum paling kritis untuk membahas potensi efek limpahan dari negara mana pun terutama kebijakan negara besar ke seluruh dunia,” tegasnya.

G20 turut memainkan peran penting dalam memulihkan negara berpenghasilan rendah karena mereka saat ini menanggung beban utang yang tinggi sebagai efek rentetan dari upaya pemulihan pandemi.

Sri Mulyani mengatakan dalam forum G20 diluncurkan beberapa inisiatif memberikan penundaan pembayaran utang luar negeri bagi negara-negara berpenghasilan rendah.

“Ada juga inisiatif menyuntikkan 5 triliun dolar AS untuk upaya penahanan COVID-19 ketika Presidensi G20 di bawah Arab Saudi,” katanya.

G20 turut menargetkan sebanyak 40 persen dari jumlah penduduk dunia terutama negara berkembang dan berpenghasilan rendah sudah divaksinasi vaksin COVID-19 pada akhir tahun ini dan 70 persen hingga pertengahan 2022.

“Hal ini hanya dapat dicapai melalui peningkatan pasokan vaksin terutama untuk negara berkembang serta menghilangkan hambatan pasokan dan kendala pembiayaan,” ujarnya.

Baca juga: Sri Mulyani sebut G20 berkontribusi penting jawab tantangan global
Baca juga: Menkeu: Presidensi G20 RI berpotensi tambah 533 juta dolar AS pada PDB
Baca juga: Kemenkeu: Presidensi G20 RI dorong pemulihan tangguh berkelanjutan

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021