London (ANTARA News/AFP) - Minyak Brent pada Rabu mencapai 123 dolar AS untuk pertama kali sejak akhir 2008, karena para pedagang mempertimbangkan prospek persediaan di tengah kerusuhan di Libya, dan mereka menunggu laporan persediaan energi terbaru Amerika Serikat.

Pada 09.15 GMT, minyak mentah Brent mencapai 123 dolar AS per barel -- tingkat tertinggi sejak Agustus 2008. Brent North Sea untuk pengiriman Mei kemudian berdiri pada 122,71 dolar AS, naik 49 sen dibandingkan dengan penutupan Selasa.

Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) atau minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei, naik 11 sen menjadi 108,45 dolar AS per barel.

"Minyak mentah brent melanjutkan rally menuju tingkat 123 dolar AS per barel, karena kekacauan politik di Libya, Yaman dan Bahrain mengangkat kekhawatiran lebih lanjut mengenai pasokan minyak di kawasan tersebut," kata Myrto Sokou, seorang analis di Sucden Financial.

"Namun, minyak mentah WTI konsolidasi di tingkat sekitar 108 dolar AS per barel, jelang laporan mingguan persediaan minyak."

Data mingguan AS diawasi ketat oleh pasar karena Amerika Serikat konsumen minyak terbesar di dunia.

Semua pandangan juga pada Libya, ekportir minyak yang telah berhenti karena negara itu dilanda perang.

Karena menderita kekurangan bahan bakar, pemimpin pemerintah Libya Moamer Kadhafi telah mengimpor 19.000 ton bensin (bensin), sebuah sumber yang dekat dengan perusahaan minyak negara, mengatakan Rabu.

"Pemerintah Libya mengimpor satu kargo bensin dari sebuah kapal tanker asing yang berlabuh di perairan Tunisia, memuat bensin itu ke atas sebuah kapal Libya dan membawanya ke pelabuhan Zawiyah, barat Tripoli," kata sumber anonim. "Pengiriman itu dibongkar pada hari Selasa."

Sebagian besar stasiun layanan bahan bakar (SPBU) di Tripoli ditutup karena kurangnya persediaan.

Di bagian timur Libya yang dikuasai pemberontak, ekspor minyak ditetapkan untuk dimulai lagi untuk pertama kalinya sejak pertengahan Maret setelah kedatangan kapal tanker yang mampu memuat minyak mentah senilai 100 juta dolar AS.

Bank of America Merrill Lynch mengatakan dalam sebuah catatan pasar bahwa kenaikan terus-menerus harga minyak yang disebabkan oleh kerusuhan di Libya dan Timur Tengah bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

"Beberapa tekanan tambahan ke atas pada komoditas tidak akan mengganggu pemulihan ekonomi, selama itu sementara," katanya.

Namun, "sebuah kenaikan terus-menerus dalam harga minyak mentah Brent di atas 130 dolar AS tahun ini bisa membuat kerusakan ekonomi yang parah," bank memperingatkan.(*)

(Uu.A026/M012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011