Tayan, Kalbar (ANTARA News) - Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan bahwa Indonesia bertekad menjadi penghasil alumina terbesar kedua dunia seiring dimulainya proyek Chemical Grade Alumina di Kalimantan Barat serta pengambilalihan PT Inalum di Sumatera Utara pada 2013.

"Tiga tahun lagi, kita tidak perlu lagi impor alumina," kata MS Hidayat usai pemancangan tiang pertama Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Senin.

Pencanganan tiang pabrik PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), perusahaan yang sahamnya dimiliki PT Aneka Tambang (80 persen) dan PT Showa Denko (20 persen), semula direncanakan dilakukan oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar.

MS Hidayat mengatakan, selama ini Indonesia masih harus mengimpor alumina untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Kapasitas produksi CGA di Tayan setiap tahunnya mencapai 300 ribu ton alumina. Nilai investasi proyek itu 450 juta dolar AS atau setara Rp4,5 triliun dengan masa pengerjaan 32 bulan.

Selain Tayan, PT Aneka Tambang melalui anak perusahaan juga berencana membangun pabrik serupa di Kecamatan Toho, Kabupaten Pontianak, dengan kapasitas 1,2 juta ton pertahun.

"Nilai investasinya sekitar 1 miliar dolar AS," kata Direktur Utama PT Aneka Tambang, Alamsyah Lubis. PT Aneka Tambang masih dalam tahap "middle study" untuk proyek di Kecamatan Toho.

Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Pusat Gita Wiryawan mengatakan, produksi alumina di Tayan akan mencapai lima persen dari produksi alumina sedunia.

"Diharapkan, proyek ini tidak hanya memberi nilai tambah di bidang industri, tetapi juga daerah," kata Gita Wiryawan.

MS Hidayat mengatakan, dengan berbagai kelebihan itu, proyek di Tayan terbilang fenomenal. Selain itu, juga masuk dalam "road map" industri Indonesia yang bernilai tambah.

"Selama puluhan tahun Indonesia hanya menjual barang mentah," kata MS Hidayat.

Ia melanjutkan, ada enam kelompok prioritas di bidang perindustrian. Yakni industri padat karya, industri kecil dan menengah, industri padat modal dan teknologi, industri berbasis sumber daya alam, industri dengan pertumbuhan yang tinggi, dan industri khusus seperti gula, pupuk, dan petrokimia.

Ia menambahkan, kalau terus mengembangkan sektor hilir dari pertambangan alumina, setidaknya ada 100 jenis turunan yang dapat dihasilkan. "Dalam kurun waktu 10 tahun, kalau produksi alumina berlangsung dengan baik, dapat memberi dampak ikutan ke sektor bisnis lainnya," kata mantan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Pusat itu.

CGA merujuk secara umum pada produk bahan baku berupa aluminum hidroksida dan alumina yang digunakan untuk aplikasi industri yang bukan industri aluminum.

Beberapa produk yang banyak menggunakan alumina diantaranya refractories, abrasives, produk bangunan, integrated circuit, dan juga bahan baku untuk LCD screen.

Proyek CGA Antam memberi potensi pendapatan sekitar 200 juta dolar AS bagi PT ICA.

(T011/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011