Magelang (ANTARA News) - Keluarga Ariyanto (28), salah seorang anak buah kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak di Somalia, menyatakan keberatan jika pembebasan para sandera dilakukan melalui operasi militer.

Supardi (48), orang tua Ariyanto yang tinggal di Dusun Suko, Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis mengatakan bahwa operasi militer akan sangat berisiko bagi keselamatan ABK.

Ariyanto, mahasiswa semester V Akademi Maritim Yogyakarta (AMY) yang menjadi salah satu ABK Kapal MV Sinar Kudus milik PT Samudera Indonesia Ship Management disandera perompak di Somalia pada 16 Maret 2011.

Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Supardi dan Raminah ini sudah ikut dalam pelayaran kapal tersebut sejak Agustus 2010 untuk melakukan proyek laut (prola) sebagai syarat kelulusan pendidikannya di AMY.

"Kami khawatir jika dilakukan operasi militer karena anak kami dan ABK lainnya menjadi jaminan diberikannya uang tebusan dari pemerintah oleh perompak," katanya.

Ia mengatakan, jika dilakukan operasi militer dikhawatirkan mereka menjadi sasaran utama kemarahan para perompak. Apalagi kalau operasi militer terjadi baku tembak antara perompak dan tentara. Situasi seperti itu bisa sangat mungkin membuat para ABK akan terjebak di tengah pertempuran.

"Kami membayangkan kondisi seperti itu akan terjadi jika dilakukan operasi militer. Sebagai orang tua, kami sangat khawatir," katanya.

Menurut dia, sebaiknya pemerintah melakukan pertemuan dengan semua keluarga ABK yang disandera di Somalia. Hingga sekarang pemerintah belum melakukan hal tersebut.

Selama ini, katanya, pemerintah hanya memberikan jaminan keselamatan dan informasi perkembangan tentang keberadaan anaknya melalui perusahaan pemilik kapal dan baru dilakukan pertemuan sekali.

Ia berharap, cara pembebasan tidak melalui operasi militer. "Kami dan keluarga ABK yang lain tentu berharap anggota keluarganya pulang ke kampung halaman dengan selamat," katanya.

(ANTARA/S026)


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011