Seoul (ANTARA News) - Satu kelompok mantan negarawan yang dipimpin oleh mantan presiden Amerika Serikat Jimmy Carter, Ahad, mengatakan mereka kini berada di Beijing dalam perjalanan ke Korea Utara bagi kunjungan yang ditujukan untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.

Delegasi The Elders dari sejumlah pensiunan kepala negara itu memulai lawatan enam hari ke China, Pyongyang dan Seoul guna membicarakan masalah-masalah termasuk penghapusan nuklir dan kekurangan pangan yang dilaporkan di Korea Utara, kata kelompok tersebut dalam satu pernyataan.

Kelompok Sesepuh empat anggota, yang dipimpin oleh Carter, itu termasuk mantan presiden Finlandia Martti Ahtisaari, mantan perdana menteri Norwegia Harlem Brundtland dan mantan presiden Irlandia Mary Robinson, menurut pernyataan tersebut.

Delegasi itu akan memulai kunjungan mereka ke Pyongyang pada Selasa sebelum bergerak ke Seoul, Kamis, untuk "menemui pejabat-pejabat senior, anggota masyarakat sipil, akademisi, pakar dan diplomat asing.

"Pada waktu ketika pembicaraan resmi dengan DPRK (Korea Utara0 tampaknya terhenti samasekali, kami ingin melihat bagaimana kami mungkin dapat menjadi penolong dalam mengurangi ketegangan dan membantu pihak-pihak membicarakan masalah penting yang mencakup denuklirisasi," kata Carter sebagaimana dikutip dalam pernyataan itu.

Brundtland menyampaikan kekhawatirannya pada "kekurangan pangan akut yang dilaporkan oleh Utara dan badan bantuan PBB.

"Kebutuhan kemanusiaan harus segera dipenuhi -- tapi kami juga ingin membicarakan keamanan pangan dalam jangka panjang dan masalah kesehatan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi," kata Brundtland seperti dikutip.

Badan pangan PBB yang belum lama ini telah mengunjungi Utara mengatakan lebih dari 6 juta orang -- seperempat dari penduduk -- memerlukan bantuan pangan dengan mendesak.

Tidak jelas dengan segera apakah delegasi itu akan bertemu dengan pemimpin Utara, Kim Jong-Il.

Kantor berita Yonhap, dengan mengutip sumber diplomatik, mengatakan, Ahad, Menlu Korea Selatan Kim Sung-Hwan dan Menteri Unifikasi Hyun In-taek, pejabat yang ditunjuk Seoul dalam urusan lintas-perbatasan, akan menemui delegasi itu berdasar permintaan mereka.

Presiden Korea Selatan Le Myung-Bak mungkin juga akan menemui para mantan negarwan itu jika diminta, katanya.

Ketegangan lintas-perbatasan telah menjadi akut sejak pembombardiran sebuah pulau di perbatasan yang menewaskan empat warga Korea Selatan termasuk dua warga sipil pada November lalu, yang telah memicu kekhawatiran singkat akan perang.

Serangan pertama terhadap warga sipil sejak Perang Korea 1950-53 itu terjadi beberapa pekan setelah Pyongyang mengungkapkan yang tampaknya tempat pengayaan uranium operasional kepada pakar AS yang sedang berkunjung.

Utara mengklaim bahwa pabrik tersebut merupakan proyek energi damai, tapi beberapa pakar mengatakan itu dapat dibentuk kembali untuk menghasilkan uranium setingkat senjata.

Pembicaraan perlucutan senjata enam pihak dengan Korea Utara telah terhenti sejak Pyongyang mogok pada April 2008 dan melakukan uji coba nuklir keduanya satu bulan kemudian.

Carter telah menengahi di Korea Utara sebelumnya. Pada 1994 ia mengunjungi Pyongyang setelah AS hampir perang dengan Korea Utara karena program senjata nuklirnya.

Agustus lalu, penerima hadiah Nobel perdamaian 2002 itu mengunjungi Pyongyang untuk menjamin pembebasan warga AS Aijalon Mahli Gomes yang dipenjarakan.

Beberapa pengamat yakin Carter juga akan berusaha untuk menjamin pembebasan seorang warga Korea-Amerika yang ditahan oleh Korea Utara sejak November lalu dan menghadapi pengadilan kejahatan tak tentu terhadap negara itu. Satu sumber mengatakan pria itu terlibat dalam kerja misionaris, demikian AFP mealporkan. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011