Singapura (ANTARA News/AFP) - Singapura bisa menjadi pusat perdagangan yuan kedua setelah Hong Kong karena kenaikan penggunaan global lebih luas mata uang China itu, negarawan Singapura Lee Kuan Yew mengatakan dalam sambutannya yang dipublikasikan Selasa.

"Hong Kong adalah bagian dari China. Hong Kong banyak terhubung dengan pasar-pasar keuangan internasional. Jadi China akan menggunakan Hong Kong; luapannya mungkin datang kepada kami," kata Lee dalam wawancara dengan Dow Jones Newswires.

Lee mengatakan "Hong Kong akan menjadi yang pertama" pusat global untuk perdagangan yuan di luar China daratan dan "kita dapat menjadi pusat kedua (sekunder)".

Dia tidak spesifik kapan ia berpikir perdagangan lebih banyak yuan akan datang ke Singapura tetapi pejabat moneter kota negara itu telah mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekan China dengan harapan memperluas perdagangan yuan berbasis di Singapura.

Para pengamat mengatakan China meningkatkan upaya untuk meningkatkan penggunaan yuan di luar negeri sebagian untuk mengurangi eksposur negara terhadap dolar AS dan memungkinkan

unit untuk mengambil peran global yang lebih besar sejalan dengan kecakapan perdagangannya.

Langkah itu disambut oleh mitra dagang utama China seperti

Amerika Serikat, yang mengatakan yuan `undervalued`, membuat ekspor China murah di pasar dunia dan dengan demikian mendapatkan keuntungan perdagangan yang tidak adil.

"Singapura benar-benar luar negeri, sehingga akan menjadi langkah penting sebagai sebuah sinyal tujuan" ekspansi yuan lebih lanjut di seluruh dunia, kata Daniel Hui, seorang ahli strategi mata uang senior Asia di HSBC.

"Setelah itu berjalan di Singapura, Anda tidak harus jauh melakukannya di London dan New York," tambahnya.

Lee, 87, memimpin Singapura untuk kemakmuran sebagai sebuah pusat manufaktur dan pusat keuangan selama bertugas sebagai perdana menteri 1959-1990.

Dia menikmati hubungan dekat dengan para pemimpin China dan Hong Kong dan tetap menjadi sosok yang kuat sebagai utusan internasional untuk Singapura dan penasihat utama untuk pemerintahan anaknya Lee Hsien Loong, yang mengambil alih sebagai perdana menteri pada 2004.(*)

(A026/B012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011