Jakarta (ANTARA News) - Komisi VIII DPR berupaya membendung pengaruh bahaya Gerakan "Negara Islam Indonesia (NII) di  kalangan pelajar  yang ditandai acara Ketua Komisi VIII DPR RI H Abdul Kadir Karding melakukan sosialisasi bahaya NII di hadapan para Ketua Osis SMU se-Kab Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat (6/5).

Dalam resesnya di Kabupaten Wonosobo tersebut, politisi PKB ini sengaja mengundang kalangan pelajar dan pemuda. Dia bermaksud memberikan pemahaman kepada kalangan pelajar bahayanya NII dan radikalisme bagi kelangsungan NKRI.

"Pelajar dan pemuda ini sebagai generasi penerus harus diajak membednung gerakan radikalisme dan munculnya NII akhr-akhir ini. Dan ini harus menjnadi prioritas utama untuk dilanjutkan, karena dikalangan mereka kelangsungan NKRI bisa dipertahankan," ujarnya dalam keterangan tertulisnya.

Di hadapan sekitar ratusaan pelajar dan pemuda, Kadir juga mendorong para pelajar dan pemuda membuat program-progran kegiatan yang muaranya untuk menciptakan nasionalisme. "Dalam program tersebut nantinya bisa didiskusikan bahaya NII dan soal radikalisme, agar pelajar tidak mudah terjerumus pada hasutan mereka," ujarnya.

Selain itu, Kadir juga memaparkan perihal kepemimpinan bangsa dan sosok seorang pemimpin. Dia memotivasi pelajar untuk bercita-cita menjadi pemimpin masa depan bangsa.

"Menjadi pemimpin tidak harus dari kalangan elite atau keturunan orang tuanya, pemimpin bisa lahir dengan didasari keterampilan berorganisasi sejak dini, kepedulian, kepekaan sosial, ketakwaan. Jika ini mampu dilatih sejak dini, tidak peduli dari kalangan apapun pelajat bisa menjadi pemimpin kelak," tandasnya.

Kadir menuturkan kepada para pelajar, radikalisme yang marak akhir-akhir ini dan gerakan NII harus diwaspadai karena gerakan mereka persis di sekeliling lingkungan masyarakat.

"Mereka menjadi apa saja, berkedok apa saja, yang penting bisa merekrut kalian. Untuk itulah segera memberikan informasi kepada siapa pun bila menemukan kejanggalan di lingkungan kita," tuturnya.(*)
(R009/K004)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011