Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak negara-negara anggota ASEAN untuk menekankan program yang berorientasi pada kesiapan menjamin ketersediaan pangan rakyat.

Dalam pidatonya pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN di Balai Sidang, Jakarta, Sabtu, Presiden mengingatkan keadaan dunia yang sedang menghadapi fluktuasi harga pangan dan energi yang cenderung meningkat di pasar dunia.

"Ketahanan pangan merupakan tantangan yang sangat besar bagi ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama ASEAN yang nyata dan efektif untuk lebih menekankan program yang berorientasi pada kesiapan menjamin ketersediaan pangan rakyat," katanya.

Salah satu langkah cepat yang harus diambil oleh ASEAN, menurut Presiden, adalah melaksanakan ?Integrated Food Security Framework? secara komprehensif terutama dalam bidang penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan.

Selain itu, lanjut dia, ASEAN juga harus memberi perhatian pada formulasi sistem cadangan pangan yang dapat membantu para petani untuk keluar dari kemiskinan.

Dalam pidatonya, Presiden Yudhoyono selaku Ketua ASEAN pada 2011 juga mengingatkan negara-negara Asia Tenggara untuk mengatasi masalah ketahanan energi.

ASEAN, menurut dia, harus mencari solusi inovatif dengan mencari sumber-sumber energi baru dan terbarukan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan keanekaragaman pasokan energi serta mengurangi konsumsi energi yang berdampak negatif pada lingkungan.

Pemanfaatan energi yang terbarukan, kata Presiden, harus dilakukan melalui implementasi program ASEAN Energy Efficiency and Conversation yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara ASEAN.

"ASEAN harus memperkuat kerjasama kawasan dalam pengembangan sumber-sumber energi terbarukan dan energi alternatif, termasuk hydro-power dan panas bumi. Salah satu caranya, kita harus memajukan pembangunan pusat-pusat penelitian dan pengembangan energi terbarukan di kawasan kita,: tuturnya.

ASEAN, lanjut Presiden, harus memberikan perhatian amat serius untuk kerjasama dan upaya nyata mengatasi gejolak harga pangan dan energi dunia karena dampaknya yang buruk bagi kesejahteraan rakyat.

"Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan dan energi akan langsung mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk yang miskin. Sedangkan kita sangat tahu dan merasakan bahwa untuk menurunkan angka kemiskinan adalah sesuatu yang tidak mudah,"demikian Presiden.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011