Indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 0,06 poin atau 0,0002 persen menjadi menetap di 35.754,69 poin
New York (ANTARA) - Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor merealisasikan beberapa keuntungan setelah tiga hari berturut-turut naik serta mengalihkan fokus mereka ke data inflasi yang akan datang dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi pertemuan Federal Reserve minggu depan.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun tipis 0,06 poin atau 0,0002 persen menjadi menetap di 35.754,69 poin. Indeks S&P 500 terpangkas 33,76 poin atau 0,72 persen, menjadi berakhir di 4.667,45 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 269,62 poin atau 1,71 persen, menjadi ditutup di 15.517,37 poin.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor consumer discretionary dan real estat masing-masing merosot 1,7 persen dan 1,36 persen, memimpin penurunan. Namun, kelompok perawatan kesehatan dan kebutuhan pokok konsumen naik tipis.

Indeks Nasdaq turun lebih tajam daripada indeks S&P 500, saat investor menunggu data indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis Jumat pagi waktu setempat. Angka yang lebih tinggi dari perkiraan akan memperkuat kasus untuk keputusan pengetatan kebijakan di pertemuan bank sentral AS pada 15 Desember.

Dalam tiga hari pertama minggu ini, indeks Nasdaq menguat 4,7 persen, indeks S&P 500 melonjak 3,6 persen dan indeks Dow terangkat 3,4 persen karena kekhawatiran tentang varian virus corona terbaru Omicron kian berkurang.

"Kami mengalami reli yang menderu. Masih ada orang-orang yang gugup di luar sana," kata Dennis Dick, kepala struktur pasar dan perdagangan di Bright Trading LLC di Las Vegas.

Joe Quinlan kepala strategi pasar untuk kantor CIO Bank of America, mengatakan investor mungkin mengambil keuntungan dan berhenti membeli setelah tiga hari kenaikan.

"Juga mungkin ada sedikit perdagangan risk-off (penghindaran risiko) menjelang angka IHK pada Jumat," katanya. "Jika inflasi datang lebih panas dari yang diperkirakan itu benar-benar bersinar terang dan fokus pada pertemuan Fed. Tekanan akan mendorong Fed untuk tapering lebih cepat."

Ketua Fed Powell mengisyaratkan pekan lalu bahwa pertemuan itu akan mencakup diskusi tentang pengurangan pembelian obligasi yang lebih cepat.

"Itu akan menegaskan kembali di benak banyak orang bahwa The Fed berada di belakang kurva," kata Quinlan.

Jika angka inflasi menyiratkan kebutuhan untuk menaikkan suku bunga lebih cepat, ini "akan memberi tekanan pada (saham) teknologi dan memberikan tawaran untuk (saham) siklikal" katanya.

"Anda ingin membeli perusahaan-perusahaan yang dapat memberikan biaya lebih tinggi ini kepada konsumen. Itu merusak kisah pertumbuhan. Anda ingin memiliki lebih banyak saham siklikal dan saham yang dipersepsikan murah (value stocks) daripada saham pertumbuhan," kata Quinlan, dikutip dari Reuters.

Jajak pendapat para ekonom Reuters memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,50 persen pada kuartal ketiga tahun depan. Namun, sebagian besar melihat risiko bahwa kenaikan datang lebih cepat.

Pasar telah bergerak maju dan mundur sejak akhir November ketika varian Omicron ditemukan. Investor khawatir varian itu bisa membalikkan pemulihan global pada saat inflasi melonjak dengan pernyataan Fed memperburuk volatilitas.

Indeks-indeks utama Wall Street didukung minggu ini oleh pembaruan yang menunjukkan vaksin Pfizer dan BioNTech menawarkan perlindungan terhadap varian Omicron.

Sementara itu, data menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara turun 43.000 minggu lalu menjadi 184.000, level terendah dalam lebih dari 52 tahun.

Di bursa AS, sebanyak 9,75 miliar saham telah berpindah tangan dibandingkan dengan rata-rata 11,41 miliar untuk 20 sesi terakhir.

Baca juga: Saham di Inggris turun hari kedua, indeks FTSE 100 merosot 0,22 persen
Baca juga: Saham Jerman perpanjang kerugian, indeks DAX 40 terpangkas 0,30 persen
Baca juga: Saham di Prancis berakhir negatif, indeks CAC 40 terkikis 0,09 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021