Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia fokus mendorong pengembanganindustri mesin non-presisi tinggi dalam jangka menengah untuk mendukung tiga industri unggulan masa depan yaitu telematika, agro, dan alat transportasi.

"Jangka pendek lima tahun ini pengembangan industri mesin ke arah (produk) yang tidak mengandalkan presisi tinggi," kata Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, di Jakarta, Selasa, pada rencana pameran mesin, MTT Expo 2011 di JiExpo, Kemayoran 25-28 Mei.

Ia mengatakan industri permesinan yang tidak mengandalkan presisi tinggi tersebut masih banyak dibutuhkan di dalam negeri, terutama untuk mesin statis untuk mendukung tiga industri unggulan Indonesia di masa depan yaitu telematika, agro, dan alat transportasi.

Tiga industri unggulan masa depan tersebut, lanjut dia, membutuhkan dukungan industri permesinan, seperti

Budi menyebut sejumlah produk permesinan statis yang sudah dibuat di Indonesia antara lain boiler, peralatan mesin statis untuk alat pemotong dan penggilingan padi, ban berjalan (conveyer), dan sejumlah mesin perkakas untuk mendukung industri alat angkut seperti crane, mesin potong, las, dan lain-lain.

"Pasar mesin di Indonesia untuk mendukung industri unggulan tersebut juga cukup besar. Saya dengar belanja modal tiga perusahaan telekomunikasi nasional bisa mencapai Rp180 triliun dalam setahun, antara lain untuk pembangunan menara, radar, piranti lunak, dan peralatan lainnya," ujar Budi.

Kendati dalam jangka pendek pemerintah fokus pada pengembangan industri yang tidak mengandalkan presisi tinggi, dalam jangka panjang dan menengah, lanjut dia, Kemenperin menargetkan industri permesinan nasional mampu memproduksi mesin dengan tingkat presisi bagus, setara pemain mesin dunia.

"Ada banyak tingkatan dalam teknologi (mesin) dan kita tidak mungkin mengambil semuanya, karena itu kami memilih beberapa industri permesinan yang fokus dikembangkan di Indonesia dalam jangka pendek ini, dan kini pun pengembangannya bergerak ke arah produksi mesin perkakas berpresisi tinggi," ujar Budi.

Pada tahun 2010 ekspor permesinan Indonesia mencapai sekitar lima miliar dolar AS dan impor mencapai nilai yang sama yaitu lima miliar dolar AS.

Ditambahkan Ketua Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) Dasep Ahmadi, prospek industri mesin di Indonesia sangat baik dan berpeluang menjadi relokasi industri mesin dari negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat.

"Mereka (industri mesin dari Jepang dan AS) mulai mempertimbangkan untuk memproduksi mesin perkakas di negara berkembang, terutama mesin-mesin dengan permintaan khusus atau spesial, agar lebih murah dan dekat dengan pasar," ujarnya.

Ia mengatakan Indonesia berpeluang menjadi tujuan investasi perusahaan mesin dunia tersebut karena memiliki banyak sumber daya manusia yang memiliki kehandalan di bidang permesinan," katanya.

Terkait dengan hal itu, sebanyak 500 produsen mesin dunia dari 23 negara membidik pasar mesin perkakas dan barang modal di dalam negeri dalam pameran internasional ke-5 Metalworking Technology & Machine Tools (MTT) Expo 2011, di Jakarta Internastional Expo, kemayoran, pada 25-28 Mei. Pameran tersebut akan dibuka oleh Menperin MS Hidayat.

(R016/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011