Makassar (ANTARA News) - Bencana banjir bandang di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, disebabkan pengrusakan hutan yang berlebihan dan PT Semen Tonasa dituding sebagai salah satu faktor sehingga tangki-tangki air yang menampung air di hutan rusak dan tumpah ke permukaan tanah.

Praktisi Ilmu Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Wahida Andi Fattah, di Makassar Selasa, mengatakan, konstribusi industri sangat kuat bila pada kegiatannya ada pengrusakan hutan, karena itu berarti merusak tangki-tangki air, bila datang hujan sekalipun dengan intensitas sedang, akan menghadirkan "bencana" misalnya banjir bandang.

"Dengan demikian perlu Penakaran atas tingkat kerusakan hutan yang diakibatkan oleh Industri yang melakukan pengrusakan hutan untuk mendapatkan bahan dasar dijadikan semen," katanya

Direktur Eksekutif Lembaga Pembelaan Pegawai Negeri Sipil (LP2NS) ini melanjutkan, kasus banjir bandang di Kampung Sengerang, Kelurahan Balleanging, Kecamatan Balocci itu perlu dipahami karena merupakan dataran tinggi sehingga banjir bandang murni akibat kerusakan hutan yang ekstrim menimbulkan kerusakan tinggi.

"Salah satu dipertimbangkan adalah pengaruh industri raksasa seperti Semen Tonasa, sekalipun geografis berbeda. Perlu penelusuran kuat dan bila terbukti segera dilakukan langkah advokasi dengan melakukan somasi kepada perusahaan pelat merah tersebut," ungkapnya.

Ia berpandangan ini disebabkan pengaruh tunggal dari Perusakan Hutan. Karena Banjir Bandang akan sangat Ekstrim pengaruhnya bila diikuti dengan naiknya permukaan Air (Pasang).

"Balocci menjadi perburuan Industri Air Mineral, karena Kadar Air mineralnya (+++) dan deteksi air tidak terkontaminasi. dan juga salah satu surga kars sebagai bahan baku semen, jadi salah satu faktor terjadinya banjir bandang adalah penghancuran kars dan penggundulan hutan," tandasnya.  (HK/F003/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011