Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengajak para negara peserta Asia International Water Week (AIWW) untuk menguatkan kerjasama bidang Sumber Daya Air (SDA), khususnya dalam menghadapi tantangan masalah air yang ditimbulkan oleh Pandemi COVID-19 dan fenomena La-Nina.

"Mari kita manfaatkan forum yang bagus ini untuk menemukan terobosan baru agar kita lebih siap dan waspada terhadap masalah air yang akan ditimbulkan oleh Pandemi COVID-19 dan Fenomena La-Nina," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Mohammad Zainal Fatah dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Indonesia dipercaya untuk menjadi tuan rumah Asia International Water Week (AIWW) Ke-2 yang rencananya akan dilangsungkan pada Maret 2022 dengan tema 'Air yang Cukup dan Berkelanjutan untuk Semua'.

AIWW diselenggarakan oleh Asia Water Council (AWC) bekerja sama dengan tuan rumah dengan dapat menjadi forum diskusi bagi pemerintah, komunitas/masyarakat, akademisi, dan untuk meningkatkan kesadaran akan masalah air di Asia, khususnya Indonesia.

Menurut Zainal Fatah, seluruh dunia, termasuk negara-negara di Asia saat ini masih berjuang untuk mengurangi Pandemi Covid-19 dan konsekuensi ekonomi-sosialnya. Pandemi COVID-19 telah mewajibkan semua orang untuk mengikuti protokol kesehatan, salah satunya dengan mempraktekkan cuci tangan secara rutin dengan air bersih.

"Praktik terkait kesehatan ini kemungkinan akan menjadi kebiasaan baru masyarakat di masa mendatang, meski pandemi sudah berakhir. Penyediaan air bersih untuk mendukung praktik baru ini akan menjadi tantangan baru bagi sektor infrastruktur publik," ujarnya.

Studi terbaru Indonesia Water Institute menunjukkan bahwa konsumsi air bersih selama pandemi COVID-19 meningkat 3 kali lipat dibanding kondisi normal, dengan total konsumsi air rumah tangga mencapai 900 hingga 1.400 liter per hari. Selain itu pengeluaran untuk air juga meningkat hingga 5 kali lebih tinggi dari kondisi normal.

"Upaya untuk memberikan kebersihan air menjadi tantangan karena sumber daya air berkurang dampak dari pertumbuhan penduduk, gaya hidup, persaingan penggunaan air, konversi lahan, pencemaran lingkungan, dan dampak perubahan iklim," kata Zainal Fatah.

Selain Pandemi COVID-19, bencana hidrometeorologi juga terkena dampak Fenomena La-Nina yang diperkirakan akan terus terjadi pada akhir 2021 hingga awal 2022. Kementerian PUPR sendiri telah melakukan langkah-langkah untuk menghadapi Fenomena La-Nina di antaranya mengurangi kapasitas tampung/mengosongkan seluruh bendungan yang telah beroperasi serta memantau infrastruktur SDA guna mengetahui volume banjir yang dapat ditampung.

"Untuk meningkatkan antisipasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi La-Nina dan bencana hidrometeorologi, kerjasama antar kementerian/lembaga terkait sangat diperlukan, misalnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjamin keandalan peralatan pengamatan, analisis/proses prakiraan dan prediksi serta sosialisasi peringatan dini secara cepat, tepat dan akurat," ujar Zainal Fatah.


Baca juga: Menteri PUPR ungkap pentingnya pengelolaan air untuk capai SDGs 2030
Baca juga: DKI segera kaji rekomendasi KPK soal perpanjangan tata kelola air
Baca juga: Kementerian PUPR bangun jaringan pengelolaan air limbah di Danau Toba

 

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021