Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap angka prevalensi kondisi kekerdilan anak atau stunting di Indonesia mencapai nol persen pada 2030 sesuai dengan target tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs).

"Pada tahun 2030 sesuai dengan target SDGs, kami harap prevalensi stunting sudah nol di negara kita," kata Wapres dalam sambutannya di acara Forum Nasional Stunting Tahun 2021 melalui konferensi video, Selasa.

Wapres mengatakan pemerintah menaruh perhatian serius untuk menurunkan angka prevalensi stunting, yang salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Baca juga: Wapres sebut target penurunan prevalensi "stunting" cukup ambisius

"Saya ingin kembali menekankan bahwa pemerintah sangat serius mengupayakan penurunan stunting. Komitmen pemerintah tidak pernah kendur," tegasnya.

Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tersebut, lanjut Wapres, memberikan dasar hukum untuk memperkuat kerangka substansi, pendanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Untuk mencapai target nol persen pada 2030 pemerintah dalam jangka pendek memasang target untuk mencapai 14 persen pada 2024. Angka tersebut merupakan target ambisius untuk dicapai dalam waktu singkat, kata Wapres.

Baca juga: Wapres minta percepatan pertumbuhan "fintech" syariah
Baca juga: Wapres dorong Indonesia segera bangun tata kelola "fintech"


Selain itu, Wapres mendorong peningkatan investasi di sektor gizi sebagai kunci untuk membentuk masa depan lebih cemerlang di Indonesia. Merujuk pada studi dari Bank Dunia kerugian suatu negara akibat stunting dan kekurangan gizi berdampak pada pengurangan sedikitnya tiga persen produk domestik bruto (PDB).

"Satu dolar yang diinvestasikan pada program gizi dapat menghasilkan keuntungan berpuluh kali lipat," ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021