Phnom Penh (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh mengatakan Selasa pagi bahwa dia akan bertemu dengan Menteri Pertahanan Thailand Prawit Wongsuwon guna membahas sengketa perbatasan di sela-sela pertemuan menteri pertahanan ASEAN kelima di Jakarta, Indonesia.

"Akan ada pertemuan singkat antara Prawit Wongsuwon dan saya pada 18 Mei malam Jakarta di bawah perencanaan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro," kata Tea Banh kepada para wartawan di Bandara Internasional Phnom Penh sebelum bertolak ke Indonesia untuk pertemuan para menteri pertahanan kelima ASEAN pada 18-21 Mei.

"Kami akan berbicara tentang konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand," katanya seperti dikutip Xinhua.

Bentrokan meletus antara Kamboja dan Thailand sepekan setelah candi Preah Vihear yang disengketakan terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia pada 7 Juli 2008.  Thailand mengklaim kepemilikan tanah seluas 1,8 mil persegi (4.6 km2) yang terdiri semak-semak di samping kuil.

Sejak itu, kedua pihak telah membangun kekuatan militer di sepanjang perbatasan dan bentrok periodik terjadi, mengakibatkan kematian beberapa tentara dan warga sipil kedua pihak.

Kedua pihak menyetujui menerima pengamat Indonesia guna memantau gencatan senjata di sisi perbatasan masing-masing pada 22 Februari pada pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Jakarta, namun pengirimannya selalu tertunda karena Thailand menuntut tentara Kamboja dan penduduk lokal ditarik dari daerah yang disengketakan seluas 4.6 km persegi di dekat kuil pertama.

Tea Banh menegaskan kembali bahwa Kamboja tidak pernah tahu-menahu tanah seluas 4,6 km persegi itu dan tidak dapat menarik pasukan dari wilayahnya sendiri.

Dia menambahkan bahwa pertemuan Komite Perbatasan Umum antara Kamboja dan Thailand hanya bisa diselenggarakan jika ada kehadiran pengamat Indonesia di wilayah Kamboja atau di wilayah Thailand.

Bentrokan terbaru terjadi dari 22 April sampai Mei 3 pada lokasi candi abad ke-13 Ta Moan dan Ta Krabei di provinsi Meanchey Oddar, yang menyebabkan 19 orang di kedua pihak tewas dan hampir 100.000 warga sipil melarikan diri.(*)

H-AK/H-RN

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011