Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) fokus dalam upaya mencegah tengkes sejak awal sebagai bagian dari percepatan penurunan angka kasus itu di Tanah Air.

"Kami fokus bagaimana upaya percepatan penurunan stunting (tengkes) terutama dalam hal pencegahan," kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani dalam Webinar Indonesian Demographic Outlook (IDO) 2022 di Jakarta, Kamis.

Upaya BKKBN terkait dengan pencegahan tengkes sejak awal tersebut, antara lain pengawalan terhadap calon pengantin, pengawalan terhadap ibu hamil dan menyusui, serta peningkatan upaya KB usai persalinan untuk menjaga jarak antarkelahiran.

Calon pengantin perempuan harus dipastikan memiliki kecukupan gizi, baik gizi mikro maupun makro sehingga tidak menderita anemia. Ibu dengan anemia dapat berisiko melahirkan bayi prematur.

Dalam kasus di Indonesia hingga saat ini, satu di antara tiga balita Indonesia dipastikan telah mengalami tengkes. Bahkan, prevalensi tengkes masih berada pada angka 27,67 persen sejak 2019.

Baca juga: BKKBN sebut potensi stunting sudah bisa dideteksi lewat USG

Indonesia menargetkan penurunan angka tengkes menjadi 14 persen pada 2024, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2024 tentang Percepatan Penurunan Tengkes.

"Tantangan dan peluang terutama yang berkaitan dengan saat ini masih sangat tinggi anak-anak yang mengalami stunting," ujar Dwi.

Selain angka prevalensi tengkes yang masih tinggi, ia mengatakan tantangan lain yang dihadapi masih tingginya angka perkawinan anak.

Dwi menuturkan indeks kesiapan berkeluarga remaja usia 20-24 tahun adalah 72,91 yang dikategorikan belum siap.

Sebanyak enam dimensi yang belum siap adalah aspek finansial, usia rencana menikah, emosional, fisik, intelektual, dan sosial.

Oleh karena itu, perlu mendalami kondisi-kondisi yang menjadi penyebab perkawinan anak sehingga intervensi ke depan jauh lebih tepat sasaran untuk mencegah perkawinan anak.

"Bagaimana kita mengupayakan mereka mencegah perkawinan usia muda supaya terus bersekolah, bekerja dan akhirnya menikah pada usia yang kita harapkan," kata dia.

Baca juga: BKKBN perkuat kerja sama dengan Kemenag dan BRIN tuntaskan stunting
Baca juga: BKKBN luncurkan e-booklet panduan cegah stunting di tanah air

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021