London (ANTARA News) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dr Sri Woro B Harijono, mengatakan, Indonesia berkepentingan mendorong Kongres World Meteorological Organization (WMO) ke-16 mengupayakan terwujudnya simulasi model iklim yang akurat di negara-negara tropis.

Sekretaris Pertama Perwakilan Tetap RI Jenewa, Muhsin Syihab, kepada Antara London, Rabu, menyebutkan, Kongres yang berlangsung di Jenewa hingga 3 Juni mendatang merupakan pertemuan badan tertinggi WMO yang diadakan setiap empat tahun dan dihadiri sejumlah Kepala Negara/Pemerintahan serta para menteri terkait dari negara-negara anggota.

Menurut Muhsin, Dr Sri Woro selaku Ketua Delegasi Indonesia mengatakan hal itu, sesaat setelah menyampaikan pidatonya di hadapan Kepala Negara/Pemerintahan dan menteri-menteri negara anggota WMO, pada acara High Level Segment Kongres ke-16 (WMO) di Jenewa.

Menurut dia, pemodelan iklim di negara-negara tropis terutama di Indonesia memberikan manfaat besar terhadap kehidupan sosial ekonomi petani dan nelayan, oleh karenanya Indonesia siap menjadi tuan rumah bagi Regional Training Center for Tropical Maritime Meteorology (RTCTMM).

Hal ini untuk menjamin akurasi ramalan cuaca dan iklim yang dapat dijadikan acuan pengambilan keputusan terhadap pengembangan produk pertanian dan pelayaran para nelayan, ujar Sri Woro dalam acara itu.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa Indonesia akan memperjuangkan dibentuknya RTCTMM, yang akan berkedudukan di Indonesia, sebagai wadah proses alih teknologi serta peningkatan pembangunan kapasitas dari negara maju ke negara berkembang.

Menurut Dr. Sri Woro, peningkatan kemampuan menyediakan ramalan iklim dan cuaca yang akurat di negara tropis dan berkembang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kinerja model iklim global.

Sementara itu, Wakil Tetap Republik Indonesia untuk PBB, WTO dan Organisasi Internasional lainnya, Dubes Dian Triansyah Djani menyatakan usulan konkrit Indonesia ini semakin memantapkan posisi strategis Indonesia di forum multilateral khususnya di WMO.

Usulan baru Indonesia ini akan semakin menguatkan pengakuan masyarakat internasional terhadap Indonesia yang memiliki posisi strategis sekaligus sebagai Presiden Regional Association WMO untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya, dan sebagai anggota Executive Council WMO.

Dubes Djani menggarisbawahi peran penting Indonesia dalam penyusunan Global Framework for Climate Services (GFCS), yang merupakan kerangka kerja global untuk layanan iklim, dan Prof. Dr. Emil Salim menjadi salah seorang anggota High Level Task Force penyusunan GFCS.

Kongres kali ini akan membahas rencana strategis dan operasional WMO untuk empat tahun ke depan, khususnya penetapan GFCS, sebagai tindak lanjut hasil the Third World Climate Conference (WCC-3) yang dilaksanakan di Jenewa September tahun 2009. Selain itu, Kongres juga akan memilih Presiden dan Sekjen serta beberapa anggota Executive Council WMO.
(H-ZG/B/A041)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011