Muara Teweh, (ANTARA News) - Rusa (gervus) di wilayah Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah, kini mulai sulit dicari, menyusul tak terkendalikannya perburunan satwa yang dilindungi tersebut oleh warga. Informasi yang dihimpun ANTARA di Muara Teweh, Senin (9/1), menyebutkan hewan yang dilindungi undang-undang itu biasanya mudah didapat di kawasan hutan di sekitar kota Muara Teweh, namun kini sudah sulit ditemukan. Beberapa tahun lalu warga yang berburu rusa dengan menggunakan sistem jerat (jala) banyak terlihat di kawasan jalan negara Muara Teweh-Puruk Cahu dan jalan Muara Teweh-Banjarmasin serta jalan Malawaken. Sekalipun rusa sudah tidak bisa ditemukan lagi, daging rusa masih ada di jual di pasaran, terutama di Pasar Pendopo, Muara Teweh, dengan harga Rp40.000 per kilogram. "Perburuan rusa oleh warga kini beralih ke kawasan hutan yang cukup jauh," kata seorang warga. Sementara itu Ote, seorang warga Muara Teweh, mengakui rusa kini sudah sulit dicari di kawasan hutan terdekat, karena selain perkembangan jumlah penduduk, juga diburu secara bebas dan dagingnya dijual. Daging rusa yang dijual di pasaran terutamanberasal dari kawasan hutan di pedalaman Lampeong, Kecamatan Gunung Purei. "Daging rusa yang dijual warga sebagian besar berasal dari kawasan hutan di wilayah Kecamatan Gunung Purei," katanya. Meski masih bisa diperoleh di kawasan terdekat seperti di hutan sekitar desa Sabuh dan Hajak kecamatan Teweh Tengah namun jumlahnya sedikit. Menurut Ote, yang berprofesi sebagai pemotong hewan ternak sapi dan kambing, dulu di kawasan hutan di Muara Teweh masih banyak ditemukan rusa. Bahkan dalam sehari bisa diperoleh enam ekor rusa yang berasal dari perburuan warga dengan menggunakan jerat, namun kini sudah berkurang. Itupun lokasinya sangat jauh. Dulu sebagian warga berburu rusa menggunakan senapan rakitan dibantu beberapa ekor anjing, namun kini sudah beralih menggunakan jala kemudian hewan itu dipotong di lokasi setempat. Kemudian daging rusa di bawa ke Muara Teweh untuk dijual dan sering dijumpai di ruas jalan umum beberapa warga menggunakan sepeda motor membawa rusa yang sudah dipotong-potong. Rusa hasil perburuan ini harganya bervariasi, tergantung pada besar kecilnya, bahkan bisa lebih mahal dan mencapai Rp 2 juta sampai Rp3 juta kalau mempunyai banyak tanduk. Sementara itu, untuk menghindari punahnya rusa di alam bebas, Pemkab Barut melalui Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan setempat telah mengembangbiakan puluhan ekor rusa di kawasan Trinsing dan jalan Muara Teweh- Puruk Cahu.(*)

Copyright © ANTARA 2006