menjaga manuskrip ini sama saja kita menyelamatkan jati diri bangsa
Bandarlampung (ANTARA) - Nahdlatut Turots yang merupakan yang merupakan lembaga yang menaungi di bidang kemanuskripan ulama nusantara memamerkan manuskrip dan jejak sejarah ulama Islam di Indonesia pada Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU).

"Pameran tersebut berisi manuskrip ihwal fakta sejarah penyebaran Islam yang dilakukan ulama kita salah satunya Syaikhona Cholil Bangkalan berusia seratusan tahun," kata Koordinator Nahdlatut Turots, Usman Hasan al-Akhyari, di Bandarlampung, Kamis.

Menurut dia apa yang ditampilkan ini merupakan sebagian kecil dari ribuan manuskrip yang dimiliki sejumlah lembaga yang tergabung dalam Nahdlatut Turots.

Ia mengatakan bahwa manuskrip-manuskrip ini didapatkan dengan cara melakukan pencarian jejak sejarah para ulama ke berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga: Buku "Historiografi Khittah dan Politik Nahdlatul Ulama" diluncurkan

Baca juga: Ma'ruf Amin: Khittah NU adalah kemaslahatan agama dan sosial


"Manuskrip ini ada yang berasal dari Aceh, wilayah timur Indonesia, termasuk di daerah Jawa dari Madura sampai Jawa Barat," kata dia.

Ia mengungkapkan bahwa, pameran ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang sejarah Islam, sebab, hingga kini banyak dari teman-teman atau kelompok yang masih berkiblat ke Timur Tengah ketika berbicara Islam.

"Padahal kalau kita bicara islam, jika dikumpulkan di negeri ini memiliki banyak manuskrip sejarah yang berusia ratusan tahun. Ini menunjukkan Indonesia pun mempunyai sejarah sendiri dalam penyebaran Islam," kata dia.

Dia pun mengatakan bahwa Nahdlatut Turots, memiliki visi untuk membangkitkan literasi khusus bidang agama Islam di Indonesia, sehingga, masyarakat umum juga mengetahui di Nusantara memiliki caranya sendiri.

"Saya rasa dengan menjaga manuskrip ini sama saja kita menyelamatkan jati diri bangsa," kata dia.

Baca juga: Komunitas NU "backpacker" bersihkan sampah usai muktamar

Baca juga: Alumni Ikatan Pelajar NU dorong muktamar beri perhatian ke milenial

 

Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021