Ramadi, Irak (ANTARA News) - Sedikitnya tiga ledakan di dekat kantor pemerintah provinsi di Ramadi, Irak barat, menewaskan 10 orang dan mencederai 15, Kamis malam, kata beberapa pejabat keamanan.

Menurut dua pejabat lain, ledakan keempat terjadi di kota itu, yang terletak 100 kilometer sebelah barat Baghdad, ketika petugas penanganan darurat bergerak ke lokasi kejadian untuk membantu korban.

"Sedikitnya 10 orang tewas dan 15 cedera ketika tiga ledakan serentak terjadi di kantor gubernur di Ramadi, pukul 20.30 (Jumat pukul 00.30 WIB)," kata seorang letnan polisi di ibu kota provinsi Al-Anbar itu.

Perwira tersebut menambahkan, jumlah korban itu merupakan angka awal dan pemboman itu mungkin "serangan bunuh diri yang ditujukan pada polisi yang ada di daerah tersebut".

Seorang mayor polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya mengkonfirmasi jumlah korban itu.

Ledakan-ledakan Kamis itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April saja, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu, demikian AFP melaporkan.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011