"DBD tidak akan selesai kalau kita hanya mengharapkan penyemprotan. Itu hanya menyelesaikan untuk hari itu saja karena penyemprotan hanya bisa membunuh nyamuk dewasa. Yang terpenting adalah memusnahkan jentik-jentiknya," katanya.
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Subdit Arbovirosis Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Rita Kusriastuti, meminta masyarakat mewaspadai penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) karena penyakit tersebut dikhawatirkan memuncak Februari mendatang. "Masyarakat sebaiknya waspada karena musim hujan telah tiba dan seperti yang terjadi sebelumnya, mungkin tahun ini kasus DBD juga akan memuncak pada bulan Februari," katanya di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, pada 2004 dan 2005 jumlah kasus DBD dan kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue itu mencapai puncaknya antara bulan Februari dan Maret. Oleh karena itu, ia melanjutkan, masyarakat harus menjaga kesehatan dan mulai melakukan tindakan antisipasi dengan memberantas sarang nyamuk di sekitar tempat tinggal atau bangunan yang mereka miliki. "DBD tidak akan selesai kalau kita hanya mengharapkan penyemprotan. Itu hanya menyelesaikan untuk hari itu saja karena penyemprotan hanya bisa membunuh nyamuk dewasa. Yang terpenting adalah memusnahkan jentik-jentiknya," katanya. Dalam hal ini, menurut dia, partisipasi masyarakat merupakan faktor yang menentukan karena kader atau Juru Pemantau Jentik (Jumantik) tidak bisa melakukan semua tugas itu sendirian. Minimnya jumlah Jumantik, kata dia, membuat kinerja pemantauan jentik tidak efektif sehingga mata rantai perkembangan vektor pun tidak bisa diputuskan sepenuhnya. "Karena itu semua harus secara sadar memantau jentik dan memusnahkan sarang nyamuk di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, kalau kita bisa melakukan pemantauan vektor dengan baik dan memusnahkannya prevalensi DBD tidak akan setinggi sekarang ini," katanya. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa kunci utama keberhasilan upaya penanggulangan DBD adalah keikutsertaan masyarakat dalam upaya untuk memutuskan mata rantai penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue itu. "Sebagus apapun program dan kebijakan yang dibuat, tetap tidak akan berhasil kalau tidak ada dukungan masyarakat," katanya. Ia mengatakan DBD dapat dicegah dengan memutuskan mata rantai perkembangan vektor yakni nyamuk Aedes Aegypty melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kegiatan itu hanya dapat berhasil maksimal jika seluruh masyarakat berpartisipasi di dalamnya. PSN dapat dilakukan dengan menguras bak mandi/penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan sebagainya. Selain itu, kata dia, PSN dapat pula dilakukan melalui pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan pengendalian kimiawi melalui pengasapan/fogging dan pembubuhan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air. "Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini sangat penting, kalau setiap pemilik rumah, kantor atau pemilik bangunan lainnya secara sukarela memantau jentik nyamuk maka perkembangan penyakit itu dapat dicegah sehingga setidaknya tidak banyak jumlah korbannya yang jatuh," katanya. Dalam empat tahun terakhir jumlah kasus DBD di tanah air cenderung meningkat, bila tahun 2002 terdapat 40.377 kasus maka tahun 2003, 2004 dan 2005 jumlahnya masing-masing menjadi 52.500, 79.462 dan 80.837 kasus. Jumlah pasien yang meninggal akibat penyakit tersebut juga terus meningkat, angka kematian akibat DBD tahun 2002, 2003, 2004 dan 2005 masing-masing mencapai 533, 813, 957 dan 1.099.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006