Ada fenomena baru. Jika biasanya Januari dan Februari itu 'low season' dengan tingkat reservasi yang rendah, maka pada awal tahun ini justru cukup tinggi
Yogyakarta (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DIY menyebut ada fenomena baru pada awal tahun yaitu tingkat reservasi hotel yang tetap tinggi pada Januari dan Februari yang biasanya menjadi “low season” untuk pelaku industri pariwisata.

“Ada fenomena baru. Jika biasanya Januari dan Februari itu 'low season' dengan tingkat reservasi yang rendah, maka pada awal tahun ini justru cukup tinggi,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, tingkat reservasi hotel pada Januari dan Februari rata-rata mencapai 42,5 persen.

“Ya, kami tetap bersyukur karena reservasi cukup baik di bulan-bulan yang biasanya 'low season'. Terlebih, prediksi kami untuk okupansi saat libur akhir tahun meleset,” kata Deddy.

Sebelumnya, PHRI DIY memperkirakan tingkat okupansi hotel pada libur akhir tahun bisa mencapai 80 persen, namun hanya dapat terealisasi sekitar 60 persen.

“Ternyata, wisatawan banyak yang baru datang pada Januari dan Februari karena pada akhir tahun ada larangan cuti untuk ASN. Mereka memilih mengalihkan libur di awal tahun. Jadi ada pemerataan okupansi,” katanya.

Wisatawan rata-rata melakukan reservasi untuk dua hari. “Sebagian besar adalah keluarga tetapi ada juga yang rombongan besar,” katanya.

Reservasi pada Januari dan Februari didominasi wisatawan asal Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta dan wisatawan asal luar Jawa seperti dari Lampung dan Kalimantan Timur.

Dengan tingkat reservasi yang cukup tinggi tersebut, Deddy memastikan akan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat sehingga kasus yang cukup rendah di DIY bisa terus ditekan.

“Wisatawan tetap harus diedukasi untuk selalu menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. Jangan sampai euforia dengan penularan kasus yang turun,” katanya.

Ia pun memastikan, harga sewa kamar hotel tetap normal. Hotel bintang menerapkan harga kamar seperti tahun lalu sehingga bisa mengangkat hotel non bintang dan bintang dua ke bawah.

“Strategi pemasaran kami pun tetap sama. Branding-nya adalah wisata di Yogyakarta yang aman, sehat, dan nyaman. Protokol kesehatan sangat penting,” katanya.

Baca juga: PHRI sebut okupansi hotel di DIY terus tunjukkan tren kenaikan
Baca juga: Dispar DIY berlakukan PeduliLindungi bagi jasa usaha pariwisata

 

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022