Aden Yaman (ANTARA News) - Sedikitnya 140 orang tewas dalam bentrokan dua pekan antara pasukan keamanan Yaman dan orang-orang bersenjata yang diduga anggota Al-Qaida di kota wilayah selatan, Zinjibar, kata seorang pejabat militer, Senin.

"Sedikitnya 80 aparat keamanan, termasuk prajurit, tewas dan lebih dari 200 orang cedera dalam bentrokan dengan militan Al-Qaida sejak Zinjibar jatuh ke cengkeraman jaringan (Al-Qaida)" pada akhir Mei, kata pejabat militer itu.

"Lebih dari 60 militan Al-Qaida, temasuk pemimpin-pemimpin lokal, juga tewas dan sedikitnya 90 orang cedera," tambahnya.

Orang-orang bersenjata menguasai sebagian besar wilayah Zinjibar pada akhir Mei.

Beberapa pejabat keamanan mengatakan bahwa kelompok bersenjata itu adalah militan Al-Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.

Menurut pejabat-pejabat militer, gerilyawan Al-Qaida mengepung pangkalan militer Brigade Mekanik 25 di Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan. Hampir 4.000 prajurit masih berada pangkalan tersebut.

Sementara itu, Senin, Kolonel Mutie al-Sayani tewas ketika mobilnya meledak di kota utama wilayah selatan yang berdekatan, Aden, kata seorang polisi kepada AFP.

Pasukan keamanan Yaman ditempatkan di Aden dalam jumlah besar di tengah kekhawatiran mengenai meluasnya bentrokan antara gerilyawan Al-Qaida dan pasukan keamanan di kota pelabuhan strategis itu.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaida memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaida AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaida. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011