"Untuk DKI investasi besar untuk proyek ini tidak mampu dilakukan, karena kapasitas daya angkut sangat rendah, tidak seperti yang dibutuhkan warga Jakarta," ujar Foke, panggilan akrab Fauzi Bowo, kepada wartawan di ruang kerjanya di Balaikota DKI Jakarta, Kamis.
Berdasarkan perhitungannya, dibutuhkan dana sekira Rp4 triliun hingga Rp4,5 triliun untuk melanjutkan proyek monorel yang saat ini tiang-tiangnya telah dibangun, namun tidak lagi dilanjutkan.
Dana senilai itu, disebut Foke tidak dimiliki Pemprov DKI dan pihak swasta juga tidak ada yang berminat untuk melanjutkan karena proyeksi keuntungan yang rendah dari dua jalur monorel yang direncanakan, jalur "Blue Line" dan "Green Line".
Selain besarnya investasi yang dibutuhkan bagi pembangunan infrastruktur monorel, Foke juga menyebut, besarnya subsidi bagi moda angkutan itu merupakan salah satu pertimbangan Pemprov DKI tidak akan melanjutkannya.
Ia kemudian membandingkan monorel dengan busway Transjakarta yang juga harus disubsidi oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI, namun memiliki jumlah penumpang yang jauh lebih banyak.
"Busway butuh subsidi sekitar Rp300 miliar hingg Rp350 miliar per tahun, namun tahun lalu saja bisa mengangkut 87 juta penumpang, sedangkan monorel diperkirakan tidak akan bisa mencapai penumpang sebanyak itu," ujar Foke.
Jadi, ia menilai, meskipun Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah memberikan perkiraan jumlah ganti rugi yang harus dibayarkan Pemprov DKI ke PT Jakarta Monorel, namun Foke menyiratkan tidak akan melanjutkan pembangunan mode transportasi tersebut.
"Saya juga sedih belum bisa berbuat banyak terhadap monorel," katanya menambahkan.
(T.A043)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
belum mulai aja udah ngira2 ga bakal bisa nampung, begonya otaknya ada dimana seh, menurut saya juga bakal lebih banyak yg suka monorail dibanding busway, karena jalurnya ada di atas, dan ga bakal diserobot pengguna jalan lain... ckck