London (ANTARA News) - Lagu "Halo-halo Bandung" bergema di Basilika yang dibawakan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Parahyangan, Bandung yang menggelar konser paduan suara musik sakral bertempat di Basilika San Giorgio in Velabro.

Konser dikemas secara apik dengan mengusung tema "The Living Spirit of Catholic in Indonesia" tersebut digelar KBRI Vatikan bekerja sama dengan Pontifical Council for Culture Takhta Suci Vatikan, ujar Sekretaris Tiga KBRI Vatikan Bonifacius R. Wijayanto kepada Antara London, Jumat.

Di basilika yang dibangun di sekitar abad ke tujuh Masehi tersebut, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Parahyangan menampilkan 14 komposisi klasik sakral dalam bahasa Latin. Rangkaian penampilan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Parahyangan diakhiri dengan penampilan lagu doa Bapa Kami serta lagu tradisional Jangan Undur-ee.

Konser paduan suara tersebut dibuka dengan sambutan Kuasa Usaha ad interim KBRI Vatikan Ibu Lusy Surjandari dan Presiden Pontifical Council for Culture Takhta Suci Vatikan Kardinal Gianfranco Ravasi.

Dalam sambutannya, Kuasa Usaha ad interim KBRI Vatikan menyampaikan salah satu intensi pertunjukan tersebut adalah untuk menunjukkan semangat Katolik dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Meskipun jumlah umat Katolik di Indonesia tidak banyak, namun mereka hidup dan turut memberikan sumbangsih dalam berbagai sisi kehidupan di Indonesia.

Sementara itu, dalam remarksnya Kardinal Ravasi menyampaikan apresiasinya kepada kaum muda Indonesia, khususnya Paduan Suara Mahasiswa Universitas Parahyangan yang membawakan lagu-lagu sakral dalam bahasa latin pada konser tersebut.

Disampaikan pula bagaimana lagu-lagu tersebut saat ini sudah jarang dinyanyikan oleh kaum muda di Italia dan mengagumkan karena yang membawakan lagu-lagu tersebut justru datang dari negara yang jauh, dan dari negara dimana agama Katolik adalah agama minoritas.

Dalam acara hadir Sekretaris Pontifical Council for Culture Monsinyur Barthelemy Adoukonou, para Duta Besar serta anggota korps diplomatik yang terakreditasi untuk Takhta Suci Vatikan, masyarakat Indonesia hingga wisatawan tersebut, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Parahyangan menampilkan komposisi-komposisi sakral tersebut dalam balutan busana tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.

Kekuatan vokal, nilai religius, serta perpaduan warna warni busana tradisional Indonesia menjadi daya tarik kuat penampilan paduan suara ini di mata publik.

Hal tersebut tercermin dari berbagai komentar yang digali mengenai tampilan konser pada malam tersebut.

Duta Besar Korea untuk Takhta Suci memuji solidnya kekuatan vokal Paduan Suara Mahasiswa Universitas
Parahyangan, sementara dalam kesempatan terpisah Duta Besar Australia menyampaikan bagaimana tampilan paduan suara pada malam tersebut mengingatkan memori baik mengenai Indonesia saat berkunjung ke Indonesia.

Salah seorang turis dari Amerika Serikat yang hadir juga dalam konser tersebut menyampaikan apresiasinya karena dapat mengikuti konser dan mendapatkan pengalaman spiritual melalui lagu-lagu yang ditampilkan pada malam tersebut.

Hal menarik lainnya yang muncul dalam penyelenggaraan konser tersebut adalah kehadiran warga Indonesia yang tinggal di Roma, termasuk seluruh staf KBRI Vatikan yang mengenakan baju batik.

KBRI Vatikan secara khusus mengajak warga Indonesia untuk mengenakan batik dalam konser tersebut untuk menunjukkan salah satu icon Indonesia yang telah memperoleh pengakuan internasional. Ini mendapat apresiasi sangat baik oleh pihak Pontifical Council for Culture.

Seluruh rangkaian acara konser ditutup dengan sambutan Rector Basilika San Giorgio in Velabro Pastor Crispinus Budiman OSC serta penyerahan kenang-kenangan dari KBRI Vatikan dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Parahyangan kepada Kardinal Gianfranco Ravasi.

Seusai memberikan sambutan, Romo Budiman, demikian rektor basilika ini biasa dipanggil mengajak seluruh penonton yang hadir menyanyikan lagu "Halo-halo Bandung". (ZG/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011