Sebuah kendaraan pengangkut personel lapis baja terlihat di dekat kantor wali kota selama aksi protes yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar di Almaty, Kazakhstan, 5 Januari 2022. (ANTARA/Reuters/Stringer/as)

Undang Rusia

Kekerasan itu mendorong Presiden Kassym-Jomart Tokayev menyebut demonstran "teroris dan bandit", padahal apa yang dilakukan gerombolan anak muda ini persis seperti dilakukan kaum muda lainnya di dunia ini termasuk kaum muda Amerika Serikat yang ramai menuntut kesetaraan ras tahun lalu.

Tapi di mana-mana kaum muda selalu menjadi kelompok yang paling berani berkonfrontasi sekalipun menghadapi peluru tajam.

Di luar kelompok-kelompok itu ada kelompok yang terdiri dari para kriminal dan kaum radikal yang memanfaatkan situasi ini untuk merusak citra aman Kazakhstan.

Zhovti yakin dua massa terakhir ini yang memicu kerusuhan sekalipun membawa agenda masing-masing. Mereka menyerang polisi dan mencuri senjata. Kelompok kriminal sendiri disebut-sebut sengaja ditanam dalam gerakan demonstrasi oleh elite penguasa negara itu sendiri.

Menghadapi situasi yang sepertinya bakal tak terkendali, Presiden Tokayev lalu meminta bantuan organisasi regional negara-negara bekas Uni Soviet, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).

Dia mengundang CSTO yang beranggotakan Rusia, Armenia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan agar mengirimkan pasukan ke Kazakhstan guna memulihkan ketertiban. Tak lama kemudian, kontingen tentara Rusia berdatangan ke Kazakhstan.

Baca juga: Rusia kirim pasukan ke Kazakhstan untuk padamkan pemberontakan

Langkah ini langsung dikecam Barat, apalagi terjadi bersamaan dengan rencana pembicaraan krisis Ukraina antara Rusia dan AS.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pun menyindir bahwa biasanya ketika Rusia mengirim pasukan ke sebuah negara maka nantinya akan sulit ditarik kembali. Rusia balas mengkritik bahwa AS juga begitu terhadap banyak negara termasuk Irak.

Rusia menegaskan kehadiran pasukannya di Kazakhstan sah karena berpegang kepada perjanjian internasional CSTO, bukan aksi unilateral seperti dilakukannya di Krimea delapan tahun silam.

Tapi pembelaan Rusia ini tak menghilangkan anggapan Barat bahwa Rusia bermain api di Kazakhstan dengan menyiapkan langkah untuk mengulangi apa yang sudah dilakukannya di Krimea.

Sementara China yang memiliki perbatasan sepanjang 1.800-an km dengan Kazakhstan berusaha hati-hati.

Belakangan ini, China dan juga AS, aktif berbisnis di Kazakhstan yang oleh Rusia dipandang halaman depannya persis terhadap Ukraina dan Belarus di Eropa timur.

Kazakhstan juga menjadi jalur paling aman China untuk terhubung dengan Eropa dalam bingkai Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI).

Tapi China pragmatis bahwa siapa pun yang menjamin stabilitas di Kazakhstan akan baik juga untuk China.

China juga percaya diri siapa pun yang berkuasa di Kazakhstan mustahil mau mengecualikan China. Negara ini berusaha menunggu dan sebagaimana biasa tak ingin terkesan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain.

Tetapi jika dilihat lebih jauh lagi, koneksi Rusia-China-AS di Kazakhstan lebih merupakan akibat, ketimbang faktor yang melatarbelakangi kerusuhan.

Baca juga: Xi Jinping kirim pesan lisan kepada presiden Kazakhstan
Baca juga: Presiden Kazakhstan perintahkan tembak mati "teroris"

Selanjutnya : pertarungan kekuasaan

Copyright © ANTARA 2022