Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev memimpin pertemuan pusat operasi darurat menyusul protes masal yang dipicu oleh harga bahan bakar yang meningkat di Nur-Sultan, Kazakhstan, Sabtu (8/1/2022). Official website of the President of Kazakhstan/Handout via REUTERS/aww/cfo (via REUTERS/PRESIDENT OF KAZAKHSTAN WEBSITE)

Pertarungan kekuasaan

Justru ada konsensus di kalangan media bahwa kekerasan Kazakhstan lebih merupakan pertarungan kekuasaan dalam elite penguasa Kazakhstan, khususnya antara Presiden Kassym-Jomart Tokayev dan mantan presiden Nursultan Nazarbayev yang sebelum ini menjadi penguasa terselubung di balik Tokayev.

Tokayev memang orang pilihan Nazarbayev ketika tokoh yang selama tiga dekade memerintah Kazakshtan itu mundur pada 2019.

Itulah yang membuat banyak orang Kazahkstan menilai Tokayev disetir oleh Nazarbayev yang memang mengisi jabatan ketua Dewan Keamanan yang amat berkuasa di negara itu.

Entah demi membenarkan pertarungan kekuasaan atau demi menangkal tudingan menjadi pion Nazarbayev, Tokayev mencopot Nazarbayev dari jabatan ketua Dewan Keamanan tak lama setelah kerusuhan di Almaty.

Tapi Nazarbayev mengaku dia hanya mengundurkan diri demi memberi jalan kepada Tokayev untuk memulihkan ketertiban.

Baca juga: Mantan PM: Pemimpin Kazakhstan harus netral dari faksi Nazarbayev

Faktanya pencopotan tidak berhenti pada Nazarbayev karena orang-orang dekatnya ikut dicopot, termasuk Karim Massimov, mantan tangan kanan Nazarbayev yang juga eks kepala dinas intelijen Kazakhstan. Tudingannya berat sekali; mengkhianati negara.

Tokayev sendiri terlihat terus mengonsolidasikan kekuasaan seolah ingin memupus bayang-bayang Nazarbayev.

"Saya kira banyak kalangan yang terus menilainya orang yang dicalonkan Nazarbayev, bahwa Nazarbayev ada di belakang dia dan memanipulasi dia," kata mantan perdana menteri Kazakhstan Akezhan Kazhegeldin kepada Reuters.

Mantan orang kepercayaan Nazarbayev yang berubah menjadi tokoh oposisi yang kini mengasingkan di luar negeri itu menilai Tokayev sekarang memiliki kekuasaan eksekutif penuh sehingga "harus mengambil komando".

Intinya selalu ada dimensi internal dan eksternal ketiga sebuah negara bergejolak, apalagi negara kaya energi dan sestrategis Kazakhstan.

Sehingga tak mungkin menjadi semata urusan internal Kazakhstan, apalagi negara ini berbatasan dengan raksasa seperti Rusia yang enggan melepaskan cengkeraman kepada sebagian besar negara-negara bekas Uni Soviet dan merasa berkepentingan dengan yang terjadi di negara-negara itu.

Baca juga: Rusia marah atas komentar Blinken tentang pasukan di Kazakhstan

Tetapi persoalan Kazakhstan tak akan selesai hanya dengan membuat generalisasi bahwa pelaku protes bandit atau teroris.

Sebaliknya ketidakpuasan massa, khususnya terhadap keluarga Nazarbayev yang dianggap klan kleptokrat dan masih mengendalikan negeri ini, adalah hal yang juga harus dijawab pemerintah Tokayev dan sepertinya tengah dijawab.

Gejolak di negara di mana banyak pihak termasuk perusahaan multinasional pun berkepentingan di dalamnya, salah satunya raksasa minyak Chevron, memang selalu multidimensional.

Belum lagi resonansinya ke negara-negara Asia Tengah lainnya yang rata-rata diperintah rezim otoriter namun bisa menjamin stabilitas yang tak saja baik bagi kawasan sekitarnya tapi juga baik untuk negara-negara yang berkepentingan dengannya.

Dalam perspektif ini, gejolak Kazakhstan mungkin tak akan berkepanjangan karena Kazakhstan yang tidak stabil bakal merusak kepentingan yang lain termasuk tiga raksasa; Rusia, China dan AS.

Baca juga: Presiden Kazakhstan: Kami telah melewati upaya kudeta

Copyright © ANTARA 2022