Jakarta (ANTARA) - Para pakar China kembali mempertimbangkan restorasi Patung Buddha batu terbesar di dunia yang terletak di luar kota Leshan, Provinsi Sichuan, China, kurang tiga tahun pascaperbaikan skala besarnya rampung. 

Selama akhir pekan, Leshan menjadi tuan rumah sebuah seminar yang mempertemukan para ahli terkemuka China membahas tentang rencana restorasi baru untuk patung tersebut. Namun kali ini, seperti dilansir Xinhua, Selasa, alih-alih memberi patung Buddha perbaikan tampilan lagi, mereka memutuskan untuk mengatasi akar penyebab degradasi, dengan harapan menjadikan patung itu kokoh lebih lama.

"Seminar itu menandai perubahan signifikan pendekatan kami dari 'menyembuhkan gejala' menjadi 'menyembuhkan penyakit sambil menyembuhkan gejalanya'," kata mantan Wakil Presiden Akademi Warisan Budaya China (Chinese Academy of Cultural Heritage/CACH) Zhan Changfa.

Setelah perbaikan skala besar terbaru patung Buddha Raksasa Leshan itu kurang dari tiga tahun lalu, yang ketujuh dalam lebih dari satu abad, patung setinggi 71 meter itu sudah mengalami bercak hitam di bagian hidung dan wajah yang kotor.

Selain itu, bagian dada, perut, tangan, dan kaki Buddha itu kini tertutup lumut dan tanaman lainnya, membuat tampilannya sangat berbeda dibandingkan yang baru saja diperbaiki pada April 2019.

Para ahli mencapai kesepakatan bahwa di antara banyak faktor lain, kerusakan akibat air, hujan, dan kelembaban berkontribusi paling besar terhadap degradasi.

Zhan menunjukkan beberapa pertanyaan kritis untuk perencanaan sistematis dan solusi bertahap yang meliputi di mana retakan internalnya, bagaimana cara mengatasi pelapukan, bahan apa yang lebih baik digunakan untuk perbaikan, haruskah kerai dibangun, haruskah dikenakan batasan pada jumlah wisatawan.

Zhan menambahkan bahwa mengingat kondisi alam dan geografis lokasi patung Buddha itu, rencana restorasi bertujuan untuk kekokohan yang lebih baik, kerusakan fatal yang lebih sedikit, dan umur panjang yang ideal bagi "Sang Buddha", alih-alih menemukan obat untuk semua masalah.

"Pertama dan yang paling penting, kita perlu mengatasi masalah kerusakan akibat air, jika tidak, perbaikan apa pun hanyalah tindakan sementara," kata Huang Kezhong, seorang peneliti CACH, dalam seminar tersebut melalui tautan video dari Beijing.

Para ahli di seminar itu sepakat penanganan kerusakan air melibatkan pendekatan multiaspek yang meliputi sejumlah bidang seperti survei geologi, pemantauan dan evaluasi, penelitian material dan restorasi lingkungan.

Patung Buddha, yang diukir di sebuah tebing di Gunung Leshan dan menghadap ke tiga sungai yang bertemu, dibangun selama periode 90 tahun yang dimulai pada 713 di era Dinasti Tang (618-907).

Kepala Administrasi Warisan Budaya Provinsi Sichuan Wang Yi mengatakan para ahli dari dalam dan luar negeri akan melakukan kerja sama mendalam dan penelitian multidisiplin tentang perlindungan patung Buddha raksasa.

Patung Buddha raksasa Leshan dimasukkan dalam daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO pada 1996.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022