Bogor (ANTARA News) - Uji coba pengoperasian tunggal kereta rel listrik "Commuter line" di Stasiun Besar Bogor, Jawa Barat, Sabtu berlangsung lancar, namun sejumlah penumpang mengeluhkan perubahan jadwal dan tarif baru.

"Tarifnya kemahalan mbak dari biasanya naik kereta AC ekonomi hanya Rp5.500 sekarang menjadi Rp9.000," kata Dini mahasiswa di salah satu PTN di Kota Bogor.

Dini yang tinggal di Jakarta dan berkuliah di Bogor merasa tarif baru tersebut memberatkan dirinya sebagai mahasiswa.

Selain itu, karena kereta yang diberangkatkan berhenti disetiap stasiun, membuat dirinya kesulitan mengatur jadwal keberangkatan.

"Belum lagi keretanya berhenti disetiap stasiun, jadi perjalanannya menjadi lebih lama lagi. Mana kita belum hapal jadwal," kata Dini diamini rekannya Yika.

Sementara itu, Yika mengeluhkan perubahan commuter line tidak memberikan perubahan apapun, selain mahal juga gerbong semakin padat.

"Dulu kalau naik Express dan Ekonomi AC jarang padat, masih ada tempat duduk, kalau sekarang malah lebih padat, sulit dapat tempat duduk," katanya.

Menurut Yika, pemerintah hendaknya melakukan penambahan gerbong jika sistem commuter line diberlakukan, agar seluruh penumpang bisa terangkut dan terlayani dengan baik.

"Tidak apa mahal kalau pelayanan bagus, tapi sekarang mahal tetap aja tambah padat dan makin lama. Kalau perlu tambahi lagi gerbongnya jadi 10 jangan delapan," katanya.

Keluhan serupa juga disampaikan Andreas. Pria asal Jakarta tersebut biasa menggunakan Express untuk menemui keluarganya di Bogor.

"Keretanya lebih lama, karena berhenti di setiap stasiun, ditambah lagi padat tidak seperti biasanya," katanya.

Kepala Stasiun Besar Bogor, Rochman yang didampingi Wakil Kepala Stasiun Elang Syarif Budiman menyebutkan, pemberlakuan uji coba single operation KRL tidak ada kendala.

Menurutnya keluhan yang disampaikan penumpang adalah sebuah kewajaran setiap ada peraturan baru diberlakukan.

Rochman mengakui, banyak penumpang yang melapor dan bertanya kepada petugas karena tidak mengetahui jadwal kereta.

"Kita sudah mempersiapkan selebaran jadwal kereta yang kita berikan secara gratis kepada penumpang," katanya.

Rochman mengatakan, tidak ada perubahan jadwal kereta hanya saja yang berubah dari single operation tersebut adalah yang dulunya ada Expres dan AC Ekonomi. Saat ini menjadi commuter line.

"Tidak ada perubahan jadwal, keberangkatan tetap hanya saja jenis keretanya saja yang berubah. Tidak ada lagi Expres dan Ekonomi AC," katanya.

Perbedaan lainnya adalah, commuter line berhenti di semua stasiun termasuk Gambir. Sementara kereta Ekonomi masih tetap beroperasi seperti biasanya.

Menurut Rochman, tidak ada yang berubah jadwal keberangkatan. Untuk menghindari keterlambatan karena kereta berhenti di setiap stasiun, Rochman mengingatkan para penumpang untuk menyiasati jadwal keberangkatan.

"Tidak ada yang susah, masyarakat tinggal menghapal jadwal keberangkatan dan disesuaikan dengan jadwal kegiatan," katanya.

Wakil Kepala Stasiun Bogor Elang Syarif Budiman menambahkan, secara umum, uji coba menunjukkan bahwa Sistem Operasi Tunggal di mana KRL berhenti di semua stasiun ternyata lebih efektif. Karena tidak ada penumpukan penumpang disetiap stasiun, termasuk di Stasiun Bogor.

"Semuanya lancar, karena kita sudah mempersiapkannya. Kalau menurut saya, tidak perlu ada uji coba segala, langsung berlakukan," katanya.
(KR-LR/M027)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011