Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi, merosot mendekati Rp11.250/Rp11.300 per dolar AS dibanding dengan penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp11.170/Rp11.303 atau melemah 80 poin.

Direktur Utama PT Finance Corpindo Nusa, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan rupiah mendapat tekanan pasar, akibat aksi beli dolar AS oleh pelaku pasar.

Pelaku pasar lebih cenderung membeli dolar AS ketimbang rupiah, meski sebagian pasar uang di Asia seperti di China, Korea Selatan dan Hongkong tutup untuk menyambut liburan Tahun Baru Imlek, katanya.

Karena itu, menurut dia, aktifitas perdagangan di pasar uang masih lesu, karena hanya sebagian kecil pelaku pasar yang bermain di pasar, sedangkan sebagian besar masih menikmati  liburan.

Namun kebutuhan dolar AS di pasar domestik cenderung agak meningkat yang mendorong mata uang asing itu menguat tajam terhadap rupiah, ucapnya.

Edwin mengatakan, Bank Indonesia (BI) pada awal perdagangan ini kemungkinan hanya melihat dan memantau pergerakan mata uang itu, apalagi aktifitas pasar tidak begitu besar.

Meski demikian, BI agak khawatir juga melihat tekanan pasar makin meningkat yang mendorong mata uang itu mendekati angka Rp11.300 per dolar AS dan ini harus segera diambil langkah untuk menahan tekanan tersebut, katanya.

BI, lanjut dia, tidak ingin rupiah mendekati angka Rp11.500 per dolar AS, dan akan segera melepas cadangan dolarnya agar rupiah kembali berada di posisi Rp11.000 per dolar AS.

"Kami memperkirakan rupiah masih berada dalam batas yang wajar dan tidak mengkhawatirkan, karena tekanan tidak akan berlangsung lama, "ucapnya.

Yang dikhawatirkan saat ini, menurut dia, apabila pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan karena akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan rupiah.

Karena itu, pelaku pasar saat ini lebih suka memiliki dolar AS sambil melihat pasar dan kegiatan Ppemilu yang akan dilaksanakan pada April nanti, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2009