Bengkulu (ANTARA News) - Meski sudah jadi bankir, kecintaan mantan peraih medali perunggu Tenis Meja Asian Games di Bangkok Thailand tahun 1978, Faisal Rahman, terhadap prestasi petenis meja Indonesia tidaklah pudar. Capaian petenis meja Indonesia yang jeblok dalam kurun lima tahun terakhir menyebabkan dirinya risau, hingga ia bertanya-tanya soal pola pembinaan tenis meja Indonesia saat ini yang tidak mampu mendapatkan emas di tingkat Asia Tenggara. Bagi Faisal Rahman, petenis meja Indonesia yang dikontrak klub tenis meja elit dunia Sparta Bukarest Rumania serta sebuah klub di negara Yugoslavia rentang 1973-1976 itu, Indonesia memiliki segudang petenis meja. "Dari sekian banyak atlet itu, seharusnya ada yang berprestasi, tidak saja di Asean, tapi juga di Asia," katanya. Keinginan untuk memperbaiki prestasi tenis meja Indonesia itulah yang mendorong suami dari Miranti, pesenam nasional tahun 1980-an, itu "turun gunung" dengan menjadi pengurus PB PTMSI di bidang pembinaan prestasi. Sebagai petenis meja yang pernah berperingkat 11 dunia tahun 1975, Faisal melihat ada pola pembinaan yang kurang pas terhadap atlet, seperti pengabaian kajian V)2 Max untuk mengetahui perkembangan fisik. "Dulu waktu bermain dan berlatih di Eropa bersama petenis meja dunia seperti Dragutin Surbek, Tibor Klampard dan Gabor Gergely, pola latihannya betul-betul tepat dan terarah. Lihatlah tubuh saya, meski sibuk kerja, tetapi otot-ototnya tetap fit," ujar peraih medali emas tunggal putera PON Jakarta tahun 1978 itu, sambil memperlihatkan dan mempersilakan meraba otot-otot tendonnya yang masih oke. Model produk tenis meja dunia merek Butterfly tahun 1978-1981 itu berharap, petenis meja Indonesia termotivasi dengan prestasi pendahulunya. Pada tahun 1970-an dalam kondisi sulit, atlet tenis meja Indonesia bisa berprestasi lebih baik. Sekarang, untuk sebuah Sea Games saja, petenis meja berlatih sampai tujuh bulan di China dengan hasil minim. Kerisauan Faisal tentunya juga menjadi kerisauan pengurus, petenis meja serta penggemar cabang tenis meja, yang mendambakan cabang tersebut bisa mengharumkan nama bangsa lewat olahraga.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006