Padahal banyak sarana yang bisa digunakan oleh mereka, seperti banyaknya disediakan rubrik karya sastra dalam berbagai media cetak.
Semarang (ANTARA News) - Sastrawan asal Semarang, Triyanto Triwikromo, menilai kalangan anak muda khususnya mahasiswa masih kurang meminati cerita pendek (cerpen) sebagai bentuk wujud karya mereka.

"Kehadiran cerpenis muda yang baru lahir dari kalangan mahasiswa kebanyakan hilang begitu saja di tengah jalan," katanya di Semarang, Rabu.

Pria yang telah menerbitkan banyak karya cerpen seperti "Malam Sepasang Lampion", "Sayap Anjing", dan "Ragaula" itu mengaku tidak tahu persis apa yang menyebabkan hadirnya fenomena tersebut.

"Padahal banyak sarana yang bisa digunakan oleh mereka, seperti banyaknya disediakan rubrik karya sastra dalam berbagai media cetak," katanya yang juga dosen Penulisan Kreatif Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ia mengatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukannya sebagai dosen dengan memberikan pemahaman kepada siswa didiknya bahwa siapapun bisa menulis asal ada kemauan dan niat dan menggunakan tulisan sebagai wujud ekspresi.

Salah satu pendiri Komunitas Beranda, yang biasa mengkaji kebudayaan dan aktif sebagai apresiator sekaligus sebagai kritikus, Jeny Rahmat Taufik, mengatakan bahwa perkembangan cerpen di kalangan mahasiswa saat ini memang masih kurang bisa berkembang secara optimal.

Hal tersebut, katanya, dipengaruhi berbagai kendala seperti waktu yang masih terbagi dengan jam kuliah, biaya serta perasaan takut jika karyanya tidak bisa diterima baik oleh penerbit atau masyarakat.

"Selain itu, kalangan mahasiswa biasanya mempunyai pemikiran yang sudah menganggap dirinya tidak mampu untuk menerbitkan karya-karya yang baik serta kemalasan untuk mengembangkan ide penulisan," katanya yang masih kuliah di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu dan Budaya, Universitas Diponegoro.

Untuk itu, ia mengajak para mahasiswa mengikuti acara terkait seperti bedah cerpen, maupun bergabung dalam suatu komunitas yang bergerak dalam bidang sastra.

"Hal tersebut bisa mendatangkan banyak manfaat bagi mereka, seperti mendapatkan masukan dan pengalaman baru, memperoleh gambaran serta imajinasi, juga bisa dilakukan sebagai tolak ukur dalam pembuatan karya cerpen," katanya.

Jeny yang karyanya sering diterbitkan di mdia cetak dan telah menerbitkan kumpulan cerpen pertamanya "Butterfly" di tahun 2010, berharap, kaum muda bisa mengembangkan potensi yang dipunyainya untuk menggantikan generasi cerpenis sebelumnya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011