Serangan penyakit terkonsentrasi pada bagian akar, sehingga jika bagian tersebut sudah mati secara otomatis pasokan makanan untuk batang dan daun juga ikut macet. Rentang waktu antara serangan pada akar hingga matinya daun antara satu sampai dua hari
Klaten (ANTARA News) - Para petani tembakau di Desa Tijayan, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dirisaukan munculnya penyakit yang menyebabkan daun mendadak layu kemudian mati.

Supardi, petani tembakau setempat saat ditemui di lahan garapannya, Rabu, mengatakan, dirinya dan beberapa petani tembakau lain tak tahu persis apa penyakit yang menyerang tanaman mereka karena sebelumnya serangan seperti ini belum pernah terjadi.

"Serangan penyakitnya sangat cepat, entah virus atau apa. Yang jelas, bagian yang pertama diserang adalah akar dan menghentikan pertumbuhan. Dalam waktu singkat daun menjadi layu dan tanaman langsung mati," katanya.

Seminggu ini, lanjutnya, setiap pagi ditemukan beberapa batang tanaman tembakau dalam keadaan layu dan mati.

Awalnya kejadian ini tak begitu dipusingkan oleh para petani karena menganggap layunya daun hanya sebagai proses biasa tanaman tembakau yang gagal tumbuh, namun lama-lama jumlah yang mati semakin bertambah dan tak pernah berhenti.

Menurut pengamatannya, serangan penyakit terkonsentrasi pada bagian akar, sehingga jika bagian tersebut sudah mati secara otomatis pasokan makanan untuk batang dan daun juga ikut macet. Rentang waktu antara serangan pada akar hingga matinya daun antara satu sampai dua hari. Saat akar yang diserang sudah terlihat layu, daun masih tetap terlihat hijau karena masih mendapat pasokan makanan dari cadangan yang tertimbun di bagian batang.

"Tapi saat timbunan makanan sudah habis, ya tanaman sudah kehabisan makanan," keluh Supardi.

Supardi mengaku usaha menyelamatkan tanaman dengan cara tambal sulam sudah dilakukan dengan langsung mengganti tanaman mati dengan yang baru, namun, perbedaan umur antara tanaman baru dengan yang sebelumnya terlampau jauh, sehingga sulit untuk disamakan karena umur tumbuhan yang lebih dulu ditanam sudah mencapai 20-25 hari.

Sarono, petani lain yang juga mengalami hal serupa menduga, matinya tanaman tembakau dengan cara seperti ini diakibatkan oleh kualitas bibit tembakau yang kurang bagus.

"Ini erat kaitannya dengan masalah gagal panen tembakau pada 2010 lalu, dimana saat itu produksi bibit yang dihasilkan juga tak bagus karena tanaman banyak yang mati akibat tingginya curah hujan," tuturnya.

Meski demikian, para petani ini tetap optimis hasil panen tahun ini jauh lebih bagus dari tahun lalu karena jika melihat cuaca dengan panas yang stabil harapan panen bagi tanaman tembakau sangat tinggi.

Ditemui terpisah, Ketua Satuan Tani Mitra Utama Klaten, Joko Lasono, mengatakan, hasil panenan tembakau di Klaten tahun ini diprediksi meningkat dari tahun sebelumnya, namun jumlahnya tak sebanyak biasanya karena tahun ini lahan yang ditanami tembakau berkurang.

"Tahun ini penanaman tembakau kurang dari 60 persen dari seluruh lahan yang tersedia, yakni hanya sekitar 300 hektar hingga 500 hektar saja. Jika cuacanya terus seperti ini, harapan berhasil panen tanaman tembakau sangat tinggi. Semoga kesuksesan tahun 2009 lalu terulang," harapnya.

(PSO-279)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011