Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mendesak pemerintah lebih serius menekan ekonomi biaya tinggi (high cost economy), agar produk pakaian jadi dalam negeri mampu bersaing dengan produk impor terutama di saat-saat menjelang Hari Raya Idul Fitri.

"Menekan `high cost economy` merupakan kunci utama dalam menghadapi perdagangan bebas terutama pada sektor tekstil dan produk tekstil," kata Ketua Umum API Ade Sudradjat kepada ANTARA, di Jakarta, Sabtu.

Saat memasuki Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri impor pakaian jadi dari China, Korea, Taiwan, India meningkat hingga 20 persen dibanding bulan-bulan lainnya.

"Impor biasanya didominasi pakaian anak yang dapat mencapai sekitar 80 persen, selebihnya adalah pakaian orang dewasa," ujar Sudradjat.

Tingginya permintaan terhadap pakaian impor karena harganya murah dan sesuai dengan daya beli masyarakat pada umumnya dan kualitas lumayan, katanya.

Menurut catatan API, nilai impor produk pakain jadi setiap bulan bisa mencapai 15 juta dolar AS, namun ketika menjelang Lebaran bisa melonjak hingga 25 juta dolar AS.

Sudradjat mengakui kondisi tersebut tidak dapat dibendung karena dalam mekanisme perdagangan bebas tidak boleh ada hambatan bagi produk untuk masuk ke suatu negara.

"Sama halnya dengan tekstil dan produk tekstil Indonesia bebas masuk ke pasar Timur Tengah, Jepang, Amerika Serikat, terutama pada musim-musim tertentu. Tentu kita juga selalu ingin memperbesar nilai ekspor pakaian jadi nasional," tegasnya.

Karena itu Sudradjat menambahkan bahwa pemerintah seharusnya lebih serius memperbaiki iklim usaha yang kondusif dan menuntaskan pembangunan infrastruktur agar industri tekstil dan produk tekstil memiliki daya saing tidak saja di pasar internasional tetapi juga mampu menghadapi gempuran produk impor.

"Penanganan sistem logistik di pelabuhan, pemberantasan praktik pungutan liar, perbaikan akses jalan, perbaikan layanan moda transportasi menjadi bagian penting yang harus diselesaikan pemerintah," tegasnya.

Ia menambahkan, jika kendala-kendala tersebut dapat diatasi secara komprehensif maka omzet produksi pakaian jadi nasional bisa semakin meningkat.

API memperkirakan penjualan pakain jadi Indonesia selama 2011 mencapai sekitar 13 miliar dolar AS. (R017/S004/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011